Menurut Nadiem, aplikasi yang ada tidak dibuat dengan pertimbangan matang. Sehingga, aplikasi-aplikasi tersebut tidak bermanfaat.
"Ada beratus-ratus aplikasi yang berbeda, dibuat pejabat dan depertemen berbeda dengan kebutuhan yang berbeda tidak berfungsi seperti yang seharusnya," kata Nadiem dalam sambutan pemaparannya pada Gateways Study Visit Indonesia (GSVI) di Sanur, Bali, Rabu, 2 Oktober 2024.
Ia melihat tidak ada sistem yang dapat mengawasi aplikasi tersebut. Sehingga, aplikasi tersebut tidak dikendalikan dengan baik.
Menurutnya, hal ini terjadi karena produk aplikasi itu dibuat hanya berdasarkan pemahaman sepihak oleh pemerintah. Nadiem menduga pemerintah merasa aplikasi yang dibuat berguna untuk masyarakat.
"Yang sangat sulit, karena pemerintah berpikir mereka tahu semua tentang warga mereka," tegas Nadiem.
Ia mengubah cara pandang pemerintah menghadirkan aplikasi maupun kebijakan. Nadiem menekankan hal itu harus didasarkan pada user-centric atau mendesain sesuai kebutuhan pengguna.
Pihaknya menjaring hal-hal yang sebenarnya dibutuhkan oleh stakeholders pendidikan. Sehingga, aplikasi yang dihadirkan berdasarkan kebutuhan guru dan pelajar.
Nadiem mengakui cara itu tidak mudah. Tapi, sangat aneh apabila pemerintah hanya membuat kebijakan cuma berdasarkan pemahaman sepihak.
"Jadi yang terjadi bukan lagi pemerintah membangun sesuatu, berikan kepada masyarakat, lalu selesai," ujar dia.
Baca juga: Nadiem Sebut Bikin Kebijakan dengan Kumpulkan Para Ahli Cara Kuno |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News