Peneliti dari College of Science and Engineering, James Cook University, Australia, Putu Liza Kusuma Mustika, menjelaskan paus merupakan mamalia laut yang sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan.
"Faktor alamiah seperti penyakit atau usia tua bisa membuat paus rentan terdampar. Paus yang sakit atau tua sering kehilangan kemampuan navigasinya, atau terpisah dari kawanan, sehingga mudah terdampar," papar Liza dalam Seminar BRIN 'Fenomena Puluhan Ekor Paus Terdampar mati di Pantai Alor NTT', Rabu, 25 September 2024.
Namun, Liza juga menyoroti faktor antropogenik yang tak kalah penting. "Penggunaan sonar di bawah laut, pencemaran air, kontaminasi sampah laut, hingga badai matahari yang menyebabkan gangguan elektromagnetik, dapat mengganggu sistem navigasi paus," jelas dia.
Liza menjelaskan menurunnya kualitas air juga dapat menurunkan imunitas paus. Sedangkan, sampah laut, terutama plastik dapat menyebabkan kematian karena tertelan.
Peneliti Ahli Madya dari Pusat Riset Oseanografi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Achmad Sahri, mengungkapkan pihaknya tengah melakukan riset terkait ekologi paus dan kejadian terdampar. "Berdasarkan data kejadian terdampar selama 26 tahun (1995-2021), setidaknya ada 26 spesies paus dan lumba-lumba yang terdampar di perairan Indonesia," ungkap Sahri.
Sahri menyebut paus pemandu sirip pendek merupakan salah satu spesies yang paling sering terdampar. Dia menekankan pentingnya memahami pola sebaran spasial dan temporal dari kejadian mamalia laut terdampar untuk mendukung upaya penyelamatan.
"Informasi ini sangat penting untuk pengalokasian personel atau kemungkinan mendatangkan alat berat," jelas dia.
Identifikasi area rawan, kata Sahri, dapat meningkatkan kesempatan bagi keberlangsungan hidup biota yang terdampar. Kedua peneliti mengimbau masyarakat di sekitar pesisir untuk melaporkan kejadian serupa kepada pihak berwenang dan tidak melakukan tindakan yang bisa membahayakan paus.
"Jangan pernah mengganggu atau menaiki tubuh paus yang terdampar, karena hewan ini dalam kondisi lemah dan perlu penanganan yang tepat," tegas Liza.
BRIN bersama berbagai pihak akan terus melakukan penelitian seiring meningkatnya frekuensi kejadian terdamparnya paus di perairan Indonesia. Hal tersebut sebagai upaya mencari solusi pencegahan yang lebih efektif serta memberikan informasi kepada masyarakat mengenai pentingnya menjaga kelestarian ekosistem laut. (Al Vici Putra Prasetya)
Baca juga: Puluhan Ekor Paus Pilot Mati Terdampar di Pantai Alor NTT |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News