Rektor Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP), Anjar Nugroho
Rektor Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP), Anjar Nugroho

Rektor UMP: Silaturahmi Bukan Ritual Formalitas Belaka

Antara • 04 Juni 2019 11:12
Purwokerto:  Rektor Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP), Anjar Nugroho mengajak seluruh umat Islam untuk memanfaatkan momentum Hari Raya Idulfitri 1 Syawal 1440 Hijriah dengan bersilaturahmi dan saling memaafkan.
 
Pascaramadan, kita akan memasuki bulan Syawal, yang di awal bulan ini ada hari Raya Idul Fitri, sebuah perayaan kegembiraan dan kebahagiaan. Dalam tradisi di Indonesia, Idulfitri dimanfaatkan untuk bersilaturahmi kepada sanak keluarga, dan para sahabat, serta teman.
 
"Sambil saling mengucapkan selamat Idulfitri dan saling maaf memaafkan," kata Anjar di Purwokerto, Banyumas, Jawa Tengah, dikutip dari Antara, Selasa, 4 Juni 2019.

Ia mengatakan, jika Ramadan merupakan waktu yang tepat untuk memperbaiki hubungan dengan Allah SWT, maka Syawal dengan Idulfitrinya adalah waktu untuk menjalin silaturahmi dengan sesama. "Apakah kita telah sungguh-sungguh dalam melaksanakan silaturahmi? Apakah kita telah betul-betul tulus dalam saling memaafkan?" ujar Anjar.
 
Baca:  Lebaran Jatuh pada 5 Juni
 
Pertanyaan tersebut sangat mendasar untuk evaluasi diri, sehingga makna Idulfitri yang identik dengan silaturahmi tidak semata-mata ritual sosial formalitas belaka.  "Seperti halnya upacara atau kegiatan-kegiatan lain yang lebih mengutamakan bentuk formal tapi sangat kering dengan substansi dan makna," tutur Anjar.
 
Ia mengatakan, silaturahmi yang bersifat formalitas dapat digambarkan dengan masih adanya dendam di dalam hati, menyimpan kebencian, dan iri hati.  HIngga pada akhirnya seperti tidak pernah silaturahmi maupun saling memaafkan.
 
Menurut dia, orang seperti itu akan selalu merasa masih banyak hal-hal yang belum terpenuhi, padahal karunia Allah telah melimpah kepadanya.  "Ini adalah masalah kesyukuran. Rumus sederhananya, makin kita banyak bersyukur, hati kita akan semakin dekat dengan kebahagiaan, dan jika hati sudah bahagia maka relasi sosial kita akan semakin baik.  Kita akan selalu berpandangan positif kepada orang lain seperti yang diajarkan Allah dalam Alquran," katanya.
 
Lebih lanjut, dia mengatakan meminta maaf dan memberi maaf membutuhkan ketulusan yang didasari bahwa manusia tidak bisa terlepas dari salah dan khilaf.  Menurut dia, tidak ada manusia di muka bumi ini yang tampil sempurna tanpa salah sehingga jika ada orang lain yang bersalah, tidak ada alasan untuk tidak memaafkannya.
 
"Permohonan maaf kita kepada orang lain adalah bentuk kejujuran kita bahwa kita adalah manusia yang penuh dengan salah karena meminta maaf atau memberi maaf tidak berarti akan merendahkan harga diri kita, justru akan mendudukkan kita pada sisi yang lebih mulia," tutupnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan