Ilustrasi. Medcom.id
Ilustrasi. Medcom.id

Kemendikbud Diminta Transparan dalam Penyederhanaan Kurikulum

Sri Yanti Nainggolan • 30 September 2020 21:30
Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dinilai kurang transparan dalam proses penyederhanaan kurikulum. Bahkan, mengacu draf yang bocor ke publik, memberi kesan kalau rancangan kurikulum yang terjadi bukan sekadar penyederhanaan, tapi perubahan cukup signifikan.
 
"Apanya yang sederhana, itu strukturnya (kurikulum pendidikan) berubah," kata Koordinator Perhimpunan untuk Pendidikan dan Guru (P2G) Satriwan Salim dalam diskusi virtual, Rabu, 30 September 2020.
 
Ia menjelaskan ada beberapa mata pelajaran baru dalam draf rancangan kurikulum yang beredar. Contohnya, pendidikan vokasional, pendidikan karakter, dan magang. Seharusnya, kata dia, Kemendikbud percaya diri saja menunjukkan desain penyederhanaan kurikulum tersebut.

"Buka ke publik, tak apa walaupun masih ide," ujar pegiat pendidikan tersebut.
 
Baca: AGSI Minta Sejarah Tetap Menjadi Mapel Wajib, Bukan Pilihan
 
Dengan transparansi, kata dia, ada proses partisipasi publik dalam perancangan kurikulum. Namun, draf yang bocor ke publik berisi rancangan kurikulum baru itu ada tanpa melibatkan stakeholder seperti sejarawan atau Perkumpulan Program Studi Sejarah Se-Indonesia (P3SI).
 
"Mas Menteri (Mendikbud Nadiem Makarim) harus punya rencana besar, pasti stakeholder mendukung. Blak-blakan saja, apalagi ini ranah publik. Bukan ranah privat," ucap dia.
 
Kemendikbud diketahui sedang merancang penyederhanaan kurikulum. Draf rancangan bocor ke publik dan menuai polemik. Salah satunya, poin mengenai wacana dihapuskannya mata pelajaran sejaran di jenjang SMK. Kemudian, draf tersebut juga menunjukkan kalau sejarah bukan lagi menjadi mata pelajaran wajib di jenjang SMA, melainkan pilihan.
 
Mendikbud Nadiem Makarim memang sudah mengklarifikasi terkait polemik mata pelajaran sejarah. Ia menegaskan, kalau mata pelajaran sejarah tak bakal dihilangkan atau dihapus dari kurikulum hasil penyederhanaan. Namun, pernyataan Nadiem dinilai belum substantif, lantaran yang dipersoalkan yakni bergesernya sejarah dari semula mata pelajaran wajib, menjadi hanya sekadar pilihan di jenjang SMA.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AGA)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan