Hari Buku Nasional berperan sebagai bentuk penghargaan terhadap karya sastra sekaligus penulis di seluruh Indonesia. Cara memperingatinya beragam, mulai dari mempromosikan kegiatan membaca, melakukan donasi buku, hingga menghadiri acara peringatan Harbuknas.
Baca: Penting! Ini 6 Manfaat Membaca Buku Sebagai Jendela Ilmu |
Sejarah Hari Buku Nasional
Hari penting untuk pecinta buku dan penulis di Indonesia ini pertama kali dicetuskan oleh Abdul Malik Fadjar, Menteri Pendidikan yang menjabat di era Kabinet Gotong Royong (2001-2004). Harbuknas semula ditetapkan untuk meningkatkan minat baca masyarakat sekaligus menaikan penjualan buku.Melansir Perpustakaan Lembaga Pertahanan Nasional RI, saat itu jumlah rata-rata buku yang dicetak setiap tahun lebih rendah dibandingkan dengan negara Asia lainnya, yakni hanya 18 ribu judul. Sementara buku yang dicetak di Jepang berjumlah 140 ribu judul dan di Cina sebanyak 40 ribu judul.
Angka melek huruf di Indonesia kala itu juga cukup mengkhawatirkan. UNESCO mencatat, hanya 87,9 persen orang dewasa di Indonesia yang berusia di atas 15 tahun sudah melek huruf. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan Malaysia (88,7 persen), Vietnam (90,3 persen), dan Thailand (92,6 persen).
Kondisi tersebut membuat Abdul Malik Fadjar merasa prihatin. Terlebih, kemampuan literasi dasar adalah modal utama yang harus dimiliki agar sebuah bangsa dapat berkembang dan maju. Maka, ia memutuskan untuk mengesahkan 17 Mei sebagai Hari Buku Nasional.
Tanggal tersebut ditetapkan sebagai Harbuknas karena bertepatan dengan berdirinya Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, yakni pada 17 Mei 1980.
Baca: Keren! Mahasiswa Ubaya Lukis Wajah Abdul Malik Fadjar di Tumpukan Ribuan Buku |
Profil Abdul Malik Fadjar
Seperti yang disebutkan sebelumnya, Abdul Malik Fadjar adalah Menteri Pendidikan yang menjabat pada periode 2001 hingga 2004. Laki-laki kelahiran Yoygakarta, 22 Februari 1939 ini dikenal aktif dalam berorganisasi.Abdul Malik Fadjar disebut pernah menjadi ketua HMI Komisariat IAIN Sunan Kalijogo Malang. Tak hanya itu, ia juga mengikuti organisasi Pelajar Islam Indonesia (PII) serta Badan Kontak Siswa Kementerian Agama (BKSKA)
Kontribusinya dalam dunia pendidikan tidak hanya menjadi seorang pendidik, melainkan juga membangun sekolah-sekolah Muhammadiyah dan perpustakaan desa di daerah-daerah.
Jasanya dalam mencetuskan Hari Buku Nasional selalu diingat, khususnya bagi pecinta buku di Indonesia. Bahkan tahun ini, seorang mahasiswi FIK Ubaya melukis wajah Abdul Malik Fadjar dengan ribuan tumpukan buku di perpustakaan Ubaya sebagai caranya merayakan Harbuknas 2023.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id