Untuk mendapatkan insentif dari program itu, kampus vokasi dapat menjalankan berbagai kegiatan. Contohnya, pengembangan pusat unggulan teknologi, hilirisasi riset terapan, hingga startup kampus vokasi.
Untuk startup atau usaha rintisan, kampus harus membuat satu inovasi yang berdaya guna di masyarakat. Kerja sama dengan industri pun diperlukan untuk menghasikan inovasi yang berguna di masyarakat.
"Produknya kita arahkan bisa dijual," kata Direktur Pendidikan Tinggi Vokasi dan Profesi, Beny Bandandjaya dalam Bincang Pendidikan secara daring, Kamis, 27 Mei 2021.
Baca: KPAI Minta PAUD Hingga Kelas 3 SD Jangan Diizinkan PTM
Beny mengatakan, inovasi mesti saling menguntungkan antara kampus dan industri. Industri bisa menjual sekaligus menghilirisasi hasil penelitian dari inovasi kampus vokasi tersebut.
"Penelitian riset terapan dosen bisa diadopsi industri dan bisa dijual, kalau perlu ada royalti untuk penelitinya," terang Beny.
Mendikbudristek Nadiem Makarim menuturkan bahwa anggaran dana yang disediakan untuk menjalankan program ini sebesar Rp180 miliar. Sebanyak 59 kampus vokasi ditargetkan menjadi sasaran program ini.
"Dana padanan kampus vokasi atau matching fund ini sebesar Rp80 miliar dan ini adalah untuk pemberian kepada tiga jenis menu pilihan," tutur Nadiem dalam peluncuran Merdeka Belajar 11: Kampus Merdeka Vokasi, Selasa, 25 Mei 2021.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News