Tim mahasiswa Universitas Padjadjaran (Unpad) mengembangkan kapsul suplemen kalsium-protein untuk balita menggunakan sisa produksi tulang ikan bandeng. Kapsul suplemen kalsium-protein ini diberi nama Grow Kiddy.
Tim riset terdiri atas Sarah Raisya Nurhaliza selaku ketua dan beranggotakan Mazaya Salwa Nadhira, Angel Christella, Aurelina Yunita Hess, dan Joseph Fide Anggi di bawah bimbingan Iyan Sopyan. Tim berhasil mendapatkan pendanaan dalam Program Kreativitas Mahasiswa-Riset Eksakta (PKM-RE) Kemdikbudristek Tahun 2024.
Sisa produksi tulang ikan bandeng dalam penelitian ini didapatkan dari pemasok tulang ikan bandeng di daerah Ujung Berung, Kota Bandung. Dari sisi bentuk sediaan suplemen, kapsul merupakan salah satu sediaan yang praktis dikarenakan lebih mudah ditelan.
Apabila terdapat balita yang kesulitan menelan kapsul, serbuk dalam kapsul dapat dilarutkan. Kapsul juga tidak berasa, mudah diberikan, serta mudah diisi, baik langsung maupun dalam jumlah besar secara komersial.
Rangkaian proses riset dimulai dengan persiapan bahan tulang ikan bandeng dengan mencuci dan merebus. Lalu, dilakukan presto pada sampel segar.
Kemudian, dilakukan pengeringan, dihaluskan, dan diayak. Setelah itu, dicampurkan bahan-bahan yang terdapat dalam formulasi ke dalam tepung tulang ikan bandeng lalu digerus.
Serbuk tulang ikan bandeng yang telah didapatkan selanjutnya diuji kandungan kalsium dan protein. Hasil pengujian juga akan ditinjau untuk dasar pertimbangan penetapan dosis yang tepat bagi pengguna suplemen.
Adapun pengujian lainnya berupa pengujian waktu hancur, sifat alir, dan keseragaman bobot kapsul. Seluruh pengujian ditujukan agar formulasi yang dirancang telah memenuhi syarat keberterimaan sesuai pedoman yang ada.
Penelitian ini diharapkan dapat menghadirkan suplemen yang dapat menurunkan angka prevalensi stunting. Suplemen hasil riset ini juga dapat membantu peningkatan kesehatan balita.
“Kapsul suplemen kalsium-protein ini diharapkan dapat memiliki efektivitas yang baik dari sisi zat penyusunnya, sehingga kedepannya angka prevalensi stunting di Indonesia menurun hingga mencapai batas standar prevalensi yang ditetapkan oleh WHO, yaitu tidak melebihi 20 persen,” ujar Sarah dikutip dari laman unpad.ac.id, Jumat, 19 Juli 2024.
Baca juga: Manfaatkan Daun Kelor, Mahasiswa Unpad Bikin Masker Bibir |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News