MNI kini hadir dengan fasilitas modern, pameran interaktif, dan pengalaman edukatif yang lebih mendalam. Terdapat beragam rangkaian tata pamer dan kuratorial baru, pameran temporer dan program publik lainnya.
Salah satu kegiatan publik menarik adalah instalasi video mapping didukung oleh EPSON Indonesia pada facade Gedung A Museum Nasional Indonesia yang dapat dinikmati publik hingga akhir Oktober 2024. Plt Kepala Indonesian Heritage Agency, Ahmad Mahendra, mengatakan konsep reimajinasi Museum Nasional Indonesia merupakan turunan dari konsep Reimajinasi Warisan Budaya, yakni pendekatan dan upaya inovatif untuk mentransformasi cara pengunjung melihat dan berinteraksi dengan museum, dari fungsi tradisional menjadi lebih modern dan dinamis.
“IHA berkomitmen meningkatkan kualitas pengalaman pada transformasi narasi yang mendalam. Dengan upaya revitalisasi yang telah berjalan dan akan terus berjalan hingga tiga tahun mendatang, diharapkan nantinya Museum Nasional Indonesia dapat menjadi bagian dari ekosistem kebudayaan dengan menjadi museum percontohan yang dapat dijadikan standar pengelolaan dan pemanfaatan koleksi museum bertaraf internasional, serta mempertegas fungsi museum sebagai ruang publik yang juga berperan sebagai sumber pengetahuan dan inspirasi yang menyenangkan,” kata Mahendra dalam keterangan tertulis yang diterima Medcom.id, Jumat, 11 Oktober 2024.
Reimajinasi MNI berfokus pada revitalisasi struktur fisik serta peningkatan sumber daya dan layanan dalam menyambut era baru pengelolaan museum dan pelestarian cagar budaya yang lebih relevan dengan kebutuhan masa kini. Tata pamer MNI akan berubah signifikan.
Narasi setiap gedungnya akan disesuaikan dengan minat dan kebutuhan publik. Hal ini menjadikannya dapat bergerak dengan dinamis agar tetap relevan menjadi pusat edukasi dan rekreasi untuk publik, khususnya generasi muda.
Transformasi ini mencakup penelusuran jejak warisan budaya, dari wawasan prasejarah hingga perjuangan heroik Nusantara menuju kemerdekaan serta ruang inspirasi untuk masa depan warisan budaya yang berkelanjutan. Ketiga narasi ini akan dibagi menjadi narasi utama setiap gedung MNI, Gedung A dengan tema “Masa Lalu Penuh Makna”, Gedung B “Marwah Indonesia”, serta Gedung C “Bekal Masa Depan Berkelanjutan”.
MNI juga menyoroti pentingnya kolaborasi multi-stakeholder yang telah menjadi kunci sukses dalam proses pembaruan museum sebagai bagian dari inisiatif revitalisasi berkelanjutan. Kolaborasi ini melibatkan IHA bersama dengan rangkaian ahli kurator, ahli cagar budaya, komunitas budaya, lembaga internasional, ahli sejarah, arsitek, dan tokoh nasional, yang semuanya telah memberikan kontribusi signifikan dalam merancang dan melaksanakan konsep serta ide baru yang kini mewarnai wajah MNI.
"Kolaborasi multi-stakeholder ini telah membantu mendefinisikan ulang MNI tidak hanya sebagai tempat penyimpanan koleksi bersejarah, tetapi sebagai institusi yang hidup, bernapas, dan terus berkembang, yang mempromosikan pemahaman dan apresiasi terhadap kekayaan budaya Indonesia. Melalui kerja sama ini, MNI diharapkan dapat terus berfungsi sebagai jembatan antara masa lalu dan masa depan, mengedukasi dan menginspirasi generasi saat ini dan yang akan datang." Ujar Mahendra.
PJU Museum Nasional Indonesia, Ni Luh Putu Chandra Dewi, menjelaskan dalam tiga tahun ke depan, MNI akan mengalami transformasi bertahap. Terdapat digitalisasi manajemen koleksi, memperkenalkan cara baru dalam menyajikan dan merayakan keunggulan pemikiran dan kreativitas.
“Transformasi ini mencakup penerapan teknologi digital dalam pameran untuk menciptakan pengalaman yang lebih interaktif, seperti penggunaan augmented reality (AR) dan virtual tours.,” beber dia.
Salah satu ruang pamer yang mengadaptasi inovasi teknologi adalah ruangan ImersifA, sebuah teknologi canggih yang merevolusi cara kita mengalami sejarah dan budaya. Ruangan ini menggunakan teknologi visualisasi dan audio canggih untuk menciptakan pengalaman yang menyeluruh dan mendalam, mirip dengan melihat lukisan gua dalam konteks modern.
Pengunjung dapat menjelajahi sejarah budaya Indonesia lintas zaman dalam format yang sangat interaktif. Ini memungkinkan pengunjung mengimajinasikan kembali dan mengalami narasi sejarah dengan cara yang baru dan menarik.
Selain itu, terdapat dua pameran temporer yang akan disajikan hingga 31 Desember 2024, yakni Perjalanan Pemulihan MNI Pasca Kebakaran: “Menabuh Nekara, Menyiram Api” serta Pameran Repatriasi: Kembalinya Warisan Budaya dan Pengetahuan Nusantara.
“Kali pertama upaya pemulihan MNI kami narasikan secara transparan dan rinci kepada publik, serta hadirnya kembali koleksi hasil repatriasi, termasuk empat Arca Singasari hasil Repatriasi 2024 yang baru tiba pada awal bulan ini,” beber Ni Luh.
Pembukaan kembali MNI diresmikan oleh Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhadjir Effendy pada Kamis, 10 Oktober 2024. Dia menekankan pentingnya museum sebagai jendela generasi muda untuk mengenal sejarah dan budaya bangsa.
Rangkaian kegiatan pembukaan kembali MNI dilaksanakan pada 10-11 Oktober 2024. Kegiatan menyajikan empat program utama, yakni area kuratorial dan tata pamer baru, Ruang Imersif A yang memanfaatkan teknologi terbaru, serta dua pameran temporer pertama MNI yakni: Perjalanan Pemulihan MNI Pasca Kebakaran: “Menabuh Nekara, Menyiram Api” serta Pameran Repatriasi: Kembalinya Warisan Budaya dan Pengetahuan Nusantara.
Baca juga: Museum Nasional Hadirkan Arca Nandi Tersenyum di Pameran Repatriasi |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News