"Yang sangat yakin 7,1. Namun yang tidak yakin 24,4 persen, sangat tidak yakin 0,4 persen, tidak tahu 3,5 persen," kata Peneliti Litbang Kompas, Putri Arum Sari dalam webinar Silaturahmi Merdeka Belajar bertema 'Transformasi Sekolah Melalui Dana BOS dan Asesmen Nasional' Kamis 16 Desember 2021.
Adapun responden dari survei ini adalah 254 guru dan kepala sekolah di sejumlah sekolah dari seluruh Indonesia. Dalam survei tersebut juga, sebagian besar guru dan kepala sekolah mendukung dan setuju dengan pelaksanaan AN.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Sebelumnya, Asesmen Nasional telah selesai digelar pada tahun 2021. AN digadang-gadang dapat menjadi alat ukur kompetensi dunia pendidikan setelah Ujian Nasional (UN) dihapuskan.
"72,8 persen setuju pelaksanan AN, bahkan sangat setuju ada 24 persen. Sedangkan yang tidak setuju 2,8 persen dan tidak tahu 0,4 persennya," ujarnya.
Baca juga: 2 Tahun Jokowi-Ma'ruf, Asesmen Nasional Jadi Pertaruhan Keberhasilan Pendidikan
Putri pun melanjutkan, dalam survei tersebut pihaknya mengkur pemahaman guru dan kepala sekolah terkait AN. Di mana hal yang ditanyakan adalah apakah guru dan kepala sekolah tahu AN dilaksanakan untuk mengukur Asesmen Kompetensi Minimun (AKM), survei lingkungan belajar dan survei karakter.
"Sebanyak 45,3 persen itu sudah mengetahui AN untuk mengukur kompetensi itu. Namun sisanya juga paham jika AN itu untuk mengukur mutu sekolah sebesar 42,1," terangnya.
Sisanya AN dilakukan untuk menggambarkan pendidikan Indonesia sebesar 5,9 persen, memperbaiki pendidikan 2,4 persen, pengganti UNBK sebesar 2,0 persen dan tidak tahu sebesar 2,4 persen. Menurut Putri hasil tersebut telah menjawab jika guru dan kepala sekolah paham tujuan pelaksanaan AN.
"Jadi responden sudah memahami tujuan pelaksanaannya sudah tahu dan paham tujuan pengukurannya," terang dia.