Nasir memaparkan visi, misi, dan program Kemenristekdikti dalam rangka mempersiapkan generasi muda menyongsong Revolusi Industri 4.0. Dia juga memamerkan strategi pendidikan Indonesia dalam menggiring sumber daya manusia (SDM) muda menghadapi Revolusi Industri 4.0 yang ditentukan oleh kualitas dosen, guru, maupun tenaga pendidik lainnya.
"Mereka harus menguasai skills (dalam kepemimpinan dan tim kerja sama, kemampuan beradaptasi dengan teknologi baru dan tantangan global (cultural agility), serta mempunyai kemampuan untuk berwirausaha (entrepreneurship) termasuk penguasaan social entrepreneurship," jelas Nasir seperti dikutip dalam laman resmi Kemenristekdikti, London, Rabu, 24 Januari 2018.
Revolusi Industri 4.0 mengharuskan untuk mengadopsi teknologi baru agar SDM Indonesia mampu melakukan berbagai terobosan inovasi, meningkatkan kemampuan untuk menggunakan informasi dari internet dengan optimum, memperluas akses dan meningkatkan proteksi cyber security.
"Yang menggembirakan adalah Indonesia masuk dalam kategori negara yang siap untuk menjalankan Revolusi Industri keempat tersebut. Hal ini merujuk kepada report awal dari 'The preliminary 4IR Country Readiness Evaluation' dimana Indonesia dikatakan sebagai kandidat yang potensial dan siap untuk menyambut Revolusi Industri keempat (4-IR) dan mendapatkan keuntungan dari foreign direct investment (FDI) untuk membangun infrastruktur dalam bidang pendidikan tinggi," jelasnya.
Kebanggaan Nasir bukan tanpa alasan. Pada 2017, Indonesia duduk di peringkat ke-36 dari 137 negara dalam laporan Global Competitiveness Index (GC). Posisi Indonesia ini merangkak lima peringkat dibanding capaian di tahun sebelumnya.
"Posisi ini dipengaruhi oleh indeks market size Indonesia yang mencapai ranking ke-9, perkembangan macroeconomic environment yang mencapai peringkat ke-26, serta kenaikan indeks infrastruktur dalam 5 tahun terakhir," jelasnya.
Perkembangan Revolusi Industri 4.0 di Indonesia juga ditunjukkan dengan berkembangnya sistem online perusahaan-perusahaan di Indonesia dalam memasarkan produk-produknya. Untuk itu, tenaga kerja Indonesia harus menguasai teknologi digital.
Menurut Nasir, hal tersebut perlu dimulai dari perbaikan dan reorientasi program pendidikan tinggi agar dapat menghasilkan sarjana yang berkualitas dengan menerapkan prinsip pendidikan berbasis kompetensi, penggunaan internet dalam sistem pengajaran, pengembangan sistem pendidikan berbasis virtual, serta pengembangan platform pendidikan online agar mahasiswanya memperoleh ilmu pengetahuan dan teknologi yang dibutuhkan melalui online.
Nasir juga tak segan mengundang perguruan tinggi terbaik dunia untuk bekerja sama dalam meningkatkan mutu institusi pendidikan tinggi di Indonesia. Hal tersebut demi mempersiapkan oritentasi dan literasi baru dalam bidang pendidikan tinggi, terutama yang berkaitan erat dengan persiapan sumber daya manusia dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0.
"Oleh sebab itu Indonesia menyambut baik institusi pendidikan tinggi asing yang mau bekerja sama dalam pembangunan cyber universities di Indonesia serta mengembangkan sistem pengajaran jarak jauh (online learning system)," tegas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News