Pada salah satu kajian konseptual, kemiskinan dilihat sebagai Deprivasi Sosial Absolut dan Deprivasi Sosial Relatif. Deprivasi Sosial Absolut menyoroti kondisi sekelompok masyarakat yang tidak mampu mendapatkan kebutuhan dasar untuk kehidupan sehari-hari.
Sedangkan, Deprivasi Sosial Relatif mengkaji kesenjangan antara kondisi kelompok masyarakat dengan kondisi kehidupan mayoritas masyarakat.
Kemiskinan dalam konteks Deprivasi Sosial Relatif merupakan permasalahan sosial yang berkaitan erat dengan eksklusi sosial dan social well-being. Eksklusi sosial adalah konsep yang menunjukkan kurangnya akses pada sumber daya dan jasa yang disertai dengan kurangnya peran dalam dukungan sosial dan jejaring sosial.
Adapun, well-being dikaitkan dengan kebahagiaan dan kepuasan hidup. Salah satu bentuk kepuasan hidup adalah social well-being, yakni kepuasan ekonomi yang dikaitkan dengan kebahagiaan individu.
Ery menilai kondisi well-being dapat menjadi indikator kesejahteraan masyarakat. Hal ini dipengaruhi oleh beragam kebijakan sosial inklusif yang diberlakukan oleh pemerintah kepada masyarakat.
Dia mengkaji keterkaitan antara kemiskinan, eksklusi sosial, dan social well-being dengan Perspektif Studi Pembangunan, yaitu perspektif Relasi Triangulasi antara Negara, Pasar, dan Masyarakat. Hasil penelitian itu menunjukkan kemiskinan, eksklusi sosial, dan social well-being memiliki relasi cukup beragam dan kompleks.
Semakin banyak kebijakan sosial inklusif yang ditetapkan, eksklusi sosial—termasuk yang mencakup kemiskinan—cenderung semakin rendah. Hal tersebut meningkatkan inklusi sosial sebagai bagian dari kualitas kehidupan dan indikasi meningkatnya social well-being.
Social well-being dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pertama, kebijakan sosial negara yang berasal dari aparat pemerintah lokal, nasional, dan regional yang bersifat inklusif.
Kedua, program Corporate Social Responsibility (CSR) pasar, yaitu pelaku usaha, khususnya korporasi nasional maupun transnasional. Ketiga, masyarakat yang terdiri atas kelompok sosial dan komunitas lokal, CSO/Civil Society Organization, yayasan nirlaba, serta organisasi sukarela yang mempunyai kemampuan untuk memberdayakan diri dan lebih mandiri.
Menurutnya, negara bukanlah satu-satunya pihak yang bisa memberikan solusi atau jalan keluar bagi permasalahan kemiskinan dan eksklusi sosial. Pihak pasar juga bisa memberikan solusi atas masalah sosial melalui beragam program CSR.
“Mungkin perlu dipertimbangkan untuk menjadikan komunitas lokal dan pemangku kepentingan bukan hanya sebagai stakeholder, tetapi juga sebagai shareholder perusahaan,” ujar Ery saat menyampaikan orasi ilmiah pengukuhan guru besar dengan judul “Kemiskinan, Eksklusi Sosial, dan Social Well-being Perspektif Studi Pembangunan” melalui siaran pers, Jumat, 8 Desember 2023.
Di sisi lain, masyarakat—dengan peningkatan kemandirian dan pemberdayaan diri dalam desentralisasi, khususnya otonomi daerah—akan semakin memiliki kapasitas, kapabilitas, dan kolaborasi untuk mendapatkan solusi yang efektif dalam menghadapi berbagai persoalan.
Perspektif Studi Pembangunan diharapkan dapat berkontribusi pada kajian dan pemberian solusi atas permasalahan kemiskinan dan eksklusi sosial. Sehingga, turut meningkatkan kondisi social well-being bagi masyarakat Indonesia.
Penelitian Ery tentang permasalahan kemiskinan merupakan satu dari banyaknya penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya. Beberapa di antaranya Social Inclusion Challenges and the Future of Relational Wellbeing: The Case of Indonesia and South Korea (2023); Community Still Matters: Horizontal and Vertical Interrelation of Social Advantages in Explaining Personal Well-being in Indonesia (2022); serta Manfaat, Pandangan, dan Alternatif Program Perhutanan Sosial di Dua Kelompok Rujukan, Kabupaten Pemalang (2022).
Ery menamatkan pendidikan S1 Sosiologi FISIP UI pada 1987; menyelesaikan pendidikan S2 Asian Studies, Cornell University, Ithaca, New York, Amerika Serikat pada 1989; dan lulus dari studi S3-Development Studies, University of Wisconsin-Madison, Amerika Serikat pada 2001.
Dia pernah menjabat sebagai Ketua Dewan Redaksi MASYARAKAT: Jurnal Sosiologi (MJS) untuk periode 2008–2016; serta Ketua Departemen Sosiologi, FISIP UI periode 2017–2020.
| Baca juga: Guru Besar UI Tegaskan Nyamuk Wolbachia Tidak Menginfeksi Manusia |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id