Diskusi Pojok Bulaksumur. DOK UGM
Diskusi Pojok Bulaksumur. DOK UGM

Pakar UGM Ingatkan Bencana Kelaparan Ancaman Riil Masa Mendatang

Renatha Swasty • 29 November 2022 20:33
Jakarta: Dekan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM) Jaka Widada mengingatkan bencana kelaparan yang diprediksi organisasi pangan dunia FAO akan terjadi pada 2050 adalah ancaman riil bagi dunia, termasuk Indonesia. Kondisi ini salah satunya dipicu pertambahan jumlah penduduk dunia yang akan mencapai angka 10 miliar pada 2050.
 
“Jumlah penduduk dunia akan menembus 10 miliar. Akan terjadi kelaparan luar biasa manakala produksi pangan tidak naik sebesar 70 persen dari sekarang. Dan ini bukan hal mudah karena dampak perubahan iklim juga sangat berpengaruh,” ucap Jaka pada acara Pojok Bulaksumur yang diselenggarakan di Gedung Pusat UGM dikutip dari laman ugm.ac.id, Selasa, 29 November 2022.
 
Jaka menuturkan ada tiga negara yang siap menghadapi ancaman krisis pangan, yaitu Cina, Israel, dan Belanda. Dia menjelaskan Cina sudah bisa membuat benih padi yang produksinya dua kali lipat lebih banyak. Sedangkan Belanda dan Israel telah mengimplementasikan teknologi mumpuni untuk meningkatkan produksi komoditas pertanian.

“Ethiopia dulu adalah negara dengan banyak kelaparan, sekarang setelah Israel masuk ke situ menjadi sumber pangan nomor tujuh di dunia karena teknologi dari Israel,” papar dia.
 
Jaka mengaku ancaman perubahan iklim dan krisis pangan memang belum terlalu terlihat di Indonesia. Sebab, ketersediaan sumber daya alam masih cukup melimpah dan kondisi geografis Indonesia yang memungkinkan produksi pertanian tetap berjalan sepanjang tahun.
 
Namun, pemborosan atau penggunaan sumber daya kurang efisien masih terjadi dalam banyak aspek, termasuk di sektor pertanian. “Di Indonesia pemborosannya luar biasa karena merasa air tidak harus dibeli, tapi ke depan ancamannya akan luar biasa. UGM perlu melakukan edukasi untuk pelan-pelan menyadarkan tentang perubahan iklim,” kata Jaka.
 
Sementara itu, Dekan Fakultas Geografi Danang Sri Hadmoko berbicara mengenai ancaman gempa bumi di berbagai wilayah di Indonesia, termasuk Yogyakarta. Dia menyebut kemampuan untuk mempersiapkan diri menghadapi bencana yang mungkin datang menjadi hal penting.
 
Sebab, gempa bumi tidak bisa dicegah atau dihindari. Dia mengatakan UGM telah banyak terlibat dalam upaya ini, salah satunya pada asesmen bencana.
 
Dia memaparkan sejak gempa Yogya pihaknya sudah berkontribusi melakukan kajian cepat berkaitan dengan kerusakan dan kehilangan. Terutama, permukiman karena memang dibutuhkan.
 
"Kita juga membantu teman-teman BNPB pada level nasional dan BPBD untuk memetakan kerawanan, kerentanan, dan risiko bencana dengan skala berbeda-beda tergantung kebutuhan masing-masing daerah,” papar dia.
 
Danang mengatakan masyarakat perlu memahami perilaku dan karakter bencana agar tahu hal-hal yang harus dilakukan. Selain itu, masyarakat juga perlu mendapat edukasi membangun rumah tahan terhadap gempa bumi.
 
Selain yang berkaitan dengan struktur bangunan, penempatan barang-barang di rumah perlu memperhatikan berbagai hal. Danang menyebut hal itu untuk mengurangi ancaman bagi penghuni rumah ketika terjadi bencana.
 
“Rumah bisa menjadi tempat aman untuk bernaung atau sebaliknya mesin pembunuh orang yang tinggal di dalamnya,” kata Danang.
 
Baca juga: Tahun Depan Dipastikan Tak Akan Terjadi Krisis Pangan

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan