Indra mengatakan, sejumlah studi dan kajian menyebut jika tingkat kegiatan plagiat sudah masif terjadi di kalangan siswa SD hingga SMA. Bahkan dari sejumlah studi yang salah satunya diunggah di turnitin.com tersebut mengungkapkan, sebesar 94 persen di antara mereka menjalankan plagiasi karya tulis ilmiah.
"Ternyata 94 persen tulisan mereka itu cocok dengan tulisan siswa lainnya," kata Indra dalam Webinar Plagiarisme dan Wajah Masa Depan Dunia Akademik Fakultas Hukum Universitas Mataram, Selasa, 27 April 2021.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Dia menyebut, kesamaan karya tulis siswa ini termasuk dalam kategori polusi siswa. Yakni peristiwa ketika antarsiswa bisa saling menyalin karya tulis.
"Jadi tadi mereka bisa copy paste, bisa tanya temen, atau mencari dari kampus atau sekolah lain," sebut dia.
Hal itu terjadi akibat terbukanya akses. Itulah tantangan meredam plagiarisme di era digital. Indra pun menyebut, ada beberapa hal yang harus dipersiapkan tenaga pendidik dalam membimbing agar peserta didik terhindar dari kegiatan plagiasi.
Baca juga: UB Peringkat 301-400 Versi The Impact Ranking 2021
Mulai dari membentuk kecakapan berbahasa hingga memilih kosakata. "Tata bahasanya, pemikirannya, argumentasinya, parafrasenya. Lalu keterampilan mengutipnya, juga literasi informasi, manajemen waktu juga menjadi penting," terang Indra.
Dengan begitu, dia berharap hasil karya peserta didik akan mengarah pada bentuk yang orisinil. "Bagaimana mereka nanti bisa menyikapi apa yang disebut plagiat atau tidak. Di situlah fungsi seorang pendidik," tutup dia.