Pada aksi kemarin, pihak KPAI menyayangkan anak-anak masih dilibatkan dalam aksi. Komisioner KPAI di Bidang Hak Sipil dan Partisipasi Anak, Jasra Putra menyebutkan jika anak-anak tersebut diduga kuat menerima imbalan saat turun aksi.
"Saya tertarik, ada anak anak usia SD yang nampak di jangkauan mata saya, lewat dan memegang lembaran lembaran uang 5.000 ribu. Saya berseloroh di depan mereka 'wah duitnya bagus nih dan rokoknya' mereka menjawab itu ada Abang-abang yang ngasih," kata Jasra dalam keteranganya, Selasa, 13 Oktober 2020.
Baca: Mahasiswa yang Ikut Demo Disarankan Karantina Mandiri
Kemudian Jasra melihat anak-anak tersebut menggunakan uang pemberian itu untuk membeli rokok dan minuman dingin. Jasra mencoba mengulik alasan mereka ikut aksi.
Sebagian besar dari mereka, kata Jasra tidak mengerti apa yang tengah diaspirasikan. Yang jelas, aksi mereka ini didorong oleh rasa bosan di rumah.
Beberapa anak yang dia temui bahkan mengaku bosan di rumah karena sekolah belum dibuka untuk pembelajaran tatap muka. Kebanyakan guru hanya memberi tugas saat Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).
"Kata mereka meski PJJ, tapi lama-lama hanya tugas yang diberikan guru. Sehingga mereka libur panjang dan sering nongkrong. Teman sebelahnya berseloroh sekarang lebih banyak tawuran," ungkap Jasra.
Cerita mengalir, hingga Jasra mendapat kisah anak-anak ini datang dari tempat yang cukup jauh. Ada yang berasal dari Cengkareng hingga Tanjung Priuk.
Dari temuannya, Jasra hanya menemukan satu orang anak yang membahas isu Omnibus Law. Anak yang mengaku sebagai siswa kelas 2 SMP ini khawatir jika nanti dia bekerja hanya dibayar dengan satuan waktu per jam.
"Dia melanjutkan tidak tega melihat orang tua tidak istirahat dalam bekerja, kecuali Hari Minggu dan hari biasa bekerja cuma boleh istirahat satu jam," pungkas Jasra.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id