"Saya agak setuju dengan konsep lama berbasis NEM. Ada gairah. Anak sekarang enggak mau belajar. Belajar, enggak belajar juga sama. Guru juga enggak ada empati, bodoh atau pintar bukan anak saya. Karena belajarnya dengan kurikulum seperti itu, akhirnya anak-anak sekarang enggak ada daya juangnya sama sekali. Zaman dulu kita ada mimpi. Nanti suatu saat akan seperti ini. Ini enggak kebayang mau ngapain tergantung situasi dan kondisi," kata Furtasan dalam keterangan tertulisnya, Jumat, 20 Juni 2025.
Furtasan menekankan penegakan aturan dalam pelaksanakan SPMB. "Yang penting transparansi, diumumkan. Online-nya diumumkan, jangan sampai terselubung. Ini kesalahan berjamaah. Dari orang tua saya akui banyak yang nakal. Dari masuk ke situ, dari dua tahun sudah siap-siap ke situ. Karena dia nyadar rumah dia jauh, dan itu manipulasi, dan itu kelihatan," ujar Furtasan.
Baca juga: Fakta-Fakta SPMB 2025 yang Wajib Kamu Tahu! Jalur hingga Persyaratan |
Furtasan mengatakan, banyak sekali kecurangan dan manipulasi dalam SPMB, baik dilakukan orang tua murid maupun pihak sekolah. Sejumlah aspek dalam dunia pendidikan harus dibenahi, termasuk pengawasan dan penegakan aturan yang ketat tanpa terkecuali.
"Sistem yang dibangun oleh Pemerintah, soal penegakan (aturan) yang tidak dijalankan, pengawasan lemah. Transparansi enggak ada sama sekali, percuma," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News