Selama sekolah, ia belajar dengan serius. Hal itu agar nilai rapornya maksimal.
"Karena memang saya itu optimistis bisa masuk UGM lewat jalur rapor itu ya, waktu itu namanya Seleksi Nasioal Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN)," kata Riza dalam siaran YouTube UGM Podcast dikutip Senin, 31 Juli 2023.
Namun, dalam perjuangannya dia sempat berkecil hati. Sebab, terjadi perubahan besar dalam sistem seleksi nasional perguruan tinggi.
"Yang tahun saya mau lulus ini kan berubah besar-besaran jadi Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP). Yang tadinya pakai nilai rapor mata pelajaran yang linear, jadi pakai nilai rapor dilihat semua nilainya," ungkap mahasiswa jurusan Teknik Geodesi itu.
Dia merasa nilainya tak akan cukup bila mesti dilihat dari seluruh mata pelajaran. Selama SMA, Riza mengaku lebih fokus pada mata pelajaran yang linear dengan jurusan yang diincarnya di UGM, yakni Teknik Geodesi.
Rintangan yang ia hadapi tak berhenti sampai di situ. Sebelum kelulusan dan dalam masa perjuangannya, orang tua Riza bercerai.
Bahkan di bulan November 2022, setelah perceraian, ayah Riza meninggal. Dia merasa sangat kacau kala itu.
"Dan itu posisinya belum keterima kan. Malah saya ingat kata-kata terakhirku ke ayah itu, ya saya enggak bisa kayaknya masuk UGM," sesal Riza.
Namun, waktu terus berjalan. Riza tinggal bersama ibunya yang tak bekerja, sembari menunggu pengumuman SNBP.
"Dan ternyata alhamdulillah saya keterima di pilihan pertama itu, di Geodesi," kenang dia.
Lagi-lagi, permasalahan masih menyelimuti, yaitu perihal uang kuliah tunggal (UKT). Saat pengumuman kelulusan, UGM menetapkan Riza mesti membayar UKT unggul atau sebesar Rp11 juta untuk studinya. Dan sudah tentu kala itu, ia dan ibunya tidak mampu membayar.
"Hal yang pertama saya lakukan, telepon temen saya Bimo, ayahnya itu dosen di Teknik Mesin. Jadi, saya tanya-tanya kok saya dapat UKT unggul, padahal ibuku Ibu rumah tangga, Bapak meninggal," beber dia.
Riza kemudian diarahkan untuk menemui ketua atau sekretaris Departemen Geodesi UGM. Sambil, saat itu ia mengajukan banding UKT lewat Googleform yang disediakan.
"Jadi, akhirnya ketemu sama ketua dan sekretaris departemen aku ceritakan. Terus mereka bilang, saya dapat UKT unggul itu karena pihak departemen enggak percaya ada manusia tanpa penghasilan, padahal ya emang begitu adanya, enggak bohong," ungkap dia.
Riza pun menceritakan kehidupan sehari-harinya. Ia menyebut sejak ayahnya masih ada, keluarga, kata dia, kerap hidup dari hutang-ke-hutang.
"Jadi selalu gali lubang tutup lubang, karena ayah kerja kan bayarannya belum turun-turun gitu, jadi selalu hutang sambil nunggu bayarannya turun," ungkap dia.
Setelah menemui pihak departemen, Riza mengaku berjalan ke mini market. Dia mendapat telepon dari ibunya yang menanyakan kelanjutan dari UKT yang mesti dibayarkan.
"Saya bilang, sudah ketemu tapi belum saya lihat itu seperti apa. Sambil masih teleponan itu, saya nge-refresh e-Semester itu. Eh alhamdulillah sudah nol. Cuma berapa menit itu dari departemen ke Indomaret, ternyata sudah dinol-kan UKT-nya," ungkap dia.
Dia berterima kasih kepada UGM atas atensinya kepada mahasiswa. Riza merasa beruntung dan bersyukur atas jalan yang diberikan Tuhan.
"Terima kasih UGM yang sudah mau mendengar penjelasan saya untuk mendapat UKT nol, terima kasih sebesar-besarnya untuk saya bisa kuliah di UGM mengejar cita-cita saya," tutur Riza.
Baca juga: Kisah Putri, Anak Petani Belajar Giat Sambil Jaga Kambing Lolos Kuliah Gratis di UGM |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News