Pada kesempatan itu, ia membagi pengalamannya saat pertama berkunjung ke Indonesia 13 tahun lalu. Saat itu, ia merupakan salah seorang peserta pertukaran mahasiswa.
Ia berpendapat, Indonesia adalah negara yang besar jika dibandingkan dengan Singapura. Keduanya memiliki kedekatan sebagai negara tetangga dan telah menjalin banyak kerja sama.
Ia berharap Indonesia dan Singapura dapat berkembang bersama dan generasi berikutnya memiliki peluang lebih besar untuk kehidupan yang lebih baik.
Chan kemudian memberikan perspektifnya seputar pengajaran. Di dunia pendidikan, pengajar biasanya mencari tahu kemampuan siswa berdasarkan jenjang usia mereka.
Jika dilihat dari perspektif pengajaran, kisaran kemampuan siswa kemungkinan akan sama. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, hal ini tidak dapat dijadikan acuan.
Beragamnya mata pelajaran membuat seseorang harus memiliki strategi yang berbeda dalam melakukan pengajaran atau belajar.
“Guru saya selalu memasangkan siswa yang pintar matematika dengan siswa yang kurang mahir matematika karena sebagai siswa yang lebih paham matematika adalah tanggung jawab mereka untuk mengajarkannya kepada orang lain. Hal ini yang sekiranya dapat dicontoh dalam proses belajar ataupun mengajar. Dari acara bincang bersama ini, kita dapat berbagi perspektif karena saya percaya UI adalah salah satu universitas prestisius yang diisi oleh anak-anak muda terbaik Indonesia,” kata Chan.
Dalam kesempatan yang sama, Zahwa seorang mahasiswa program Sarjana FISIP UI mengajukan pertanyaan kepada Chan. “Saya dulu adalah siswa dari Sekolah Menengah Atas (SMA) di Indonesia. Di Indonesia, siswa SMA dibagi dalam dua peminatan, yaitu kelas Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Menurut Bapak, apakah sistem pendidikan seperti ini sudah baik?” kata Zahwa dalam siaran pers UI, Minggu, 23 Oktober 2022.
Menjawab pertanyaan tersebut, Chan mengatakan, penyelesaian terbaik untuk sistem pendidikan saat ini, terutama di Indonesia, adalah melalui riset. Pemahaman terkait pendidikan di suatu daerah dapat mendukung evaluasi apakah sistem pendidikan yang diterapkan sudah baik dari segi kualitas.
Evaluasi ini penting karena dunia pekerjaan pada era sekarang sangat variatif dan berbeda dengan kondisi pada generasi sebelumnya. “Langkah terbaik yang dapat dilakukan sebagai mahasiswa maupun pekerja adalah dengan belajar sebanyak mungkin dan tidak terpaku pada satu subject atau satu keahlian saja. Kita harus terus berkembang dan berpikir ke depan dalam pemecahan masalah yang mungkin akan dihadapi di masa depan,” ujar Chan.
Dekan FISIP UI, Semiarto Aji Purwanto, mengatakan, kedatangan Menteri Pendidikan Republik Singapura ke FISIP UI merupakan suatu kehormatan. Acara bincang bersama yang diadakan di Auditorium Mochtar Riady SPRC, FISIP UI ini diharapkan dapat menggugah pemikiran mahasiswa untuk maju dan tanggap terhadap upaya pemecahan isu sosial yang ada di masyarakat.
“Kami memiliki 53 mahasiswa perwakilan sarjana dan pascasarjana yang berasal dari tujuh departemen yang hadir dalam acara ini. Kami siap untuk memulai riset baru sebagai tindak lanjut dari isu-isu sosial dan pendidikan yang kita diskusikan hari ini,” ujar Aji.
Baca juga: Wamenkes Dante Saksono Harbuwono Dikukuhkan Jadi Guru Besar FKUI |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News