Menurut Koordinator Nasional P2G, Satriwan Salim, nilai jelek TKA 2025 sebenarnya sudah terprediksi. Utamanya untuk mapel wajib seperti Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan Matematika.
"Terkait dengan TKA, P2G sebenarnya tidak kaget dengan hasil TKA khususnya untuk mata pelajaran bahasa Inggris, Bahasa Indonesia dan Matematika yang sangat rendah. Kalau kita lihat juga mata pelajaran lain seperti Fisika, Kimia gitu ya, Matematika lanjut, Biologi itu juga sangat rendah," kata Satriwan kepada Medcom.id, Selasa 30 Desember 2025.
Sebenarnya nilai TKA buruk sangat relevan dengan skor, skor Programme for International Student Assessment (PISA) Indonesia. Di mana Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) menerbitkan skor PISA pelajar Indonesia 2022 lalu.
"Hasil dari TKA yang sangat rendah ini sebenarnya hanya mengkonfirmasi hasil-hasil dari tes-tes serupa. Misalnya kalau kita mengacu kepada hasil dari tes PISA," lanjut Satriwan.
Dalam skor PISA 2022 kata dia, kemampuan literasi dan numerasi sains siswa juga sangat rendah. Posisi Indonesia masih di bawah negara-negara OECD.
"Terakhir 2022 tentu literasi numerasi sains kita juga masih di bawah negara-negara OECD bahkan kita lima terbawah peringkatnya," ungkapnya.
Kemudian, pelajar Indonesia juga menjalani Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK). Dalam ANBK pun skor para siswa juga tak memuaskan.
"Kalau kita melihat hasil ANBK untuk literasi numerasi, kecakapan literasi numerasi kita juga masih di bawah kompetensi minimum," imbuh Satriwan.
Dari rangkaian tes ini, kata dia, seharusnya ada evaluasi serius yang dilakukan. Tidak hanya bicara kelemahan penyelenggaraan TKA, tapi evaluasi penyelenggaraan pendidikan.
Evaluasi bisa dimulai dengan melakukan peningkatan kompetensi guru. Guru dilatih untuk bisa memiliki kualitas pembelajaran yang berdampak pada siswa.
"Kemudian kelengkapan akses perpustakaan, buku-buku. Kemudian juga menciptakan suasana pembelajaran yang berkualitas. Pembelajaran yang membangun kemampuan berpikir analatis, kemampuan mencari solusi, kemampuan berpikir tingkat tinggi," ujarnya.
Diketahui, skor PISA Indonesia pada 2018 untuk kemampuan membaca sebesar 371. Sedangkan, di 2022 menurun menjadi 359.
Selanjutnya skor matematika di 2018 sebesar 379 turun menjadi 366 di 2022 dan skor kemampuan sains turun dari 379 pada 2018 menjadi 366 di tahun 2022. Sementara itu, ranking PISA Indonesia untuk membaca pada 2018 ada di posisi 74 dan menjadi ranking 71 di 2022.
Untuk ranking matematika naik dari 73 pada 2018 menjadi ranking 70 di 2022. Pada ranking literasi sains, Indonesia menempati ranking 71 pada 2018 dan menempati ranking 67 pada tahun 2022.
PISA 2018 diiktui 79 negara, sedangkan PISA 2022 diikuti 81 negara yang terdiri dari 37 negara Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) dan 44 negara mitra.
Sampel PISA dipilih acak oleh OECD agar mewakili populasi siswa usia 15 tahun di tiap negara. Di Indonesia, sampel berasal dari seluruh wilayah, termasuk daerah-daerah tertinggal.
Rerata Capaian Nasional TKA 2025 Semua Mapel
Mapel Wajib
- Bahasa Indonesia: 55,38
- Matematika: 36,10
- Bahasa Inggris: 24,93
Mapel Pilihan
- PPKN: 60,91
- Antropologi: 70,43
- Projek Kreatif dan Kewirausahaan: 56,34
- Bahasa Indonesia (Lanjut): 68,02
- Matematika (Lanjut): 39,32
- Bahasa Inggris (Lanjut): 45,23
- Biologi: 54,40
- Sosiologi: 60,07
- Ekonomi: 31,68
- Kimia: 34,92
- Sejarah: 62,72
- Fisika: 37,65
- Geografi: 70,36
- Bahasa Arab: 64,97
- Bahasa Jepang: 55,21
- Bahasa Mandarin: 57,56
- Bahasa Jerman: 36,59
- Bahasa Korea: 28,55
- Bahasa Prancis: 45,05
| Baca juga: TKA 2025: Nilai Bukan Angka Tapi Berbentuk Kategori, Ini 4 Levelnya! |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News