Inara Rusli & Insanul Fahmi (Foto: Instagram)
Inara Rusli & Insanul Fahmi (Foto: Instagram)

Inara Rusli Dituding Playing Victim, Apa Itu? Ini Pengertian, Ciri-ciri, dan Cara Mencegahnya

Renatha Swasty • 16 Desember 2025 19:03
Jakarta: Kasus dugaan perselingkuhan antara Insanul Fahmi, Inara Rusli, dan Wardatina Mawa kembali menarik perhatian publik. Sebelumnya, Inara melaporkan Insanul ke pihak kepolisian karena merasa dibohongi.
 
Inara mengaku baru mengetahui Insanul belum resmi bercerai dari Wardatina Mawa saat menikahinya secara siri. Baru-baru ini, Insanul terlihat mendampingi Inara saat menemui kuasa hukumnya.
 
Kedekatan keduanya, termasuk terlihat bergandengan tangan di hadapan publik memicu spekulasi dari warganet. Aksi tersebut membuat sebagian netizen menuding Inara playing victim.

Banyak yang menilai tindakan Inara kini bertolak belakang dengan pengakuannya sebelumnya, sehingga memicu perdebatan di media sosial. Sobat Medcom pasti sudah tidak asing dengan sebutan playing victim. Tapi, sudahkah kamu memahami apa yang dimaksud dengan playing victim? Yuk simak penjelasannya berikut ini. 
 
Mengutip laman Halodoc, playing victim merujuk pada kondisi ketika seseorang memposisikan diri sebagai korban dan cenderung menyalahkan pihak lain atas berbagai persoalan yang terjadi dalam hidupnya.

Pengertian playing victim

Playing victim berkaitan dengan masalah kesehatan mental yang dapat memengaruhi hubungan sosial, kehidupan pekerjaan, hingga kondisi psikologis seseorang. Pola pikir ini umumnya berkembang sebagai mekanisme bertahan dari pengalaman traumatis di masa lalu.
 
Kondisi tersebut dapat muncul, antara lain, pada individu yang kerap berada dalam situasi tanpa kendali, mengalami luka emosional berkepanjangan hingga merasa tidak berdaya, atau pernah mengalami pengkhianatan dari orang terdekat.

Ciri-ciri playing victim

Berikut beberapa ciri-ciri orang yang memiliki karakteristik playing victim, antara lain:

Tanda-tanda perilaku

  1. Cenderung menyalahkan pihak lain saat terjadi masalah.
  2. Sulit bertanggung jawab atas diri sendiri karena takut disalahkan.
  3. Bersikap terlalu keras atau kritis terhadap diri sendiri maupun orang lain.
  4. Membatasi pergaulan hanya dengan orang yang memiliki pandangan serupa.

Tanda-tanda mental dan kognitif

  1. Memandang lingkungan sekitar sebagai sesuatu yang tidak adil atau mengancam.
  2. Mengalami distorsi cara berpikir sehingga menafsirkan situasi secara tidak akurat.
  3. Memiliki pola pikir negatif atau pesimistis.
  4. Terus mengingat kesalahan dan pengalaman menyakitkan di masa lalu.
  5. Muncul pikiran untuk melukai diri sendiri atau mengakhiri hidup.

Tanda-tanda hubungan

  1. Mengalami hambatan dalam membangun kedekatan dan kepercayaan.
  2. Kurang mampu menunjukkan empati kepada orang lain.
  3. Sulit menerima kritik yang bertujuan membangun.

Tanda-tanda emosional

  1. Mengalami rasa cemas.
  2. Mengalami depresi.
  3. Merasa diabaikan.
  4. Memiliki rasa percaya diri yang rendah.
  5. Merasa dibenci oleh lingkungan sekitar.
  6. Menarik diri dari pergaulan sosial.

Sabotase diri sendiri

Orang dengan mentalitas playing victim kerap melakukan sabotase diri melalui pola pikir seperti:
  1. “Semua hal buruk selalu menimpaku.”
  2. “Aku tidak mampu melakukan apa pun, jadi untuk apa mencoba.”
  3. “Aku layak menerima semua penderitaan ini.”
  4. “Tidak ada seorang pun yang peduli padaku.”

Cara mencegah playing victim

Berikut ini beberapa cara untuk mencegah Playing Victim:
  1. Membangun harga diri dan rasa percaya diri yang sehat.
  2. Melatih keterampilan mengatasi masalah secara efektif dan konstruktif.
  3. Mendorong komunikasi yang terbuka, jujur, dan asertif.
  4. Memberikan dukungan emosional dan empati yang cukup.
Nah itulah penjelasan soal playing victim. Semoga informasi ini bermanfaat yaa. (Syifa Putri Aulia)
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan