Pelaksanaan MBKM Mandiri di Garut.  Foto: Tim MBKM
Pelaksanaan MBKM Mandiri di Garut. Foto: Tim MBKM

MBKM Mandiri, Dari Garut hingga Jadi Percontohan PTMGRMD Nasional

Citra Larasati • 23 Desember 2024 16:37
Jakarta:  Dari Kabupaten Garut, aktivitas Program Perguruan Tinggi Mandiri Gotong Royong Membangun Desa (PTMGRMD) mencuri perhatian "mata" publik nasional. Bahkan 'gerak-geriknya' telah membuatnya menjadi salah satu percontohan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) Mandiri.
 
Bagaimana tidak, kehadiran mahasiswa melalui Kuliah Kerja Nyata (KKN) PTMGRMD secara pentahelix ini telah membantu menggeliatkan potensi masyarakat lokal Garut.  Salah satunya dengan terjunnya mahasiswa di sejumlah desa di kabupaten yang terkenal dengan pengrajin kulit dan dodol tersebut.
 
Di antara mahasiswa tersebut,terdapat kelompok mahasiswa yang merupakan gabungan dari empat perguruan tinggi di Kabupaten Garut, memperkenalkan digital marketing kepada warga di Desa Sukamukti.  Mulai dari membangun informasi desa hingga mengembangkan potensi UMKM melalui pemasaran digital di desa tersebut.

"Kelompok kami gabungan dari sejumlah kampus, di antaranya Universitas Garut (Uniga), Sekolah Tinggi Hukum (STH) Garut, Institut Pendidikan Indonesia (IPI) Garut," sebut Galih.
 
Ketua Kelompok PTMGRMD Desa Sukamukti, Galih Afrizal mengakui, minimnya informasi membuat dirinya sebagai warga asli Garut pun tidak mengetahui akan potensi yang dimiliki di Desa Sukamukti. Salah satu jenis usaha yang sudah berkembang di desa tersebut adalah produksi Kasur karpet atau dikenal dengan surpet.
 
Baca juga:  Menteri Dikti Saintek: Magang Merdeka Perlu Pembenahan

Setidaknya, terdapat 20 pabrik surpret dengan sekitar 500 orang pekerja yang terlibat di dalamnya. Surpet Sukamukti pun sudah mulai merambah pasar nasional, terbukti dengan produksinya yang sudah dikirim ke berbagai pulau seperti Sumatra, Bali, hingga Kalimantan.
 
"Bahkan saya sendiri pun sebagai orang Garut sebelum saya ke sini, saya belum tahu bahwasannya surpet itu dari Sukamunti," kata Galih. 
 
MBKM Mandiri, Dari Garut hingga Jadi Percontohan PTMGRMD Nasional
Mahasiswa peserta KKN PTMGRMD MBKM Mandiri di Garut. 
 
Galih Bersama mahasiswa lainnya membantu masyarakat Sukamukti untuk mengembangkan bisnis dari hal yang paling sederhana.  Seperti bagaimana mengatur keuangan bisnis itu sendiri.  
 
"Sesederhana bagaimana memisahkan antara uang bisnis dan uang dapur.  Lalu kita telah memberikan pemahaman atau seminar kepada masyarakat yang bergerak di bidang UMKM," jelas Galih.
 
Setelah mengenalkan manajemen keuangan, para mahasiswa ini pun membantu UMKM di Sukamukti untuk membangun branding produknya.  Mulai dari bagaimana memanfaatkan foto untuk memaksimalkan pemasaran.
 
"Bahkan cara untuk mereka live TikTok ataupun marketplace lainnya. Kami berikan pemahaman bahwa ada jam-jam tertentu yang dapat membuat unggahan atau live-nya nanti banyak yang nonton," kata Galih.
 
Apa yang disampaikan tim mahasiswa melalui program MBKM Mandirinya ini menjadi salah satu kemajuan yang berarti bagi warga.  Sebab sebelumnya, warga Sukamukti memasarkan produk-produknya secara door to door.

Respons Warga

Apa yang telah dilakukan mahasiswa melalui PTMGRMD ini pun mendapat respons positif dari warga.  Hal ini disampaikan Kepala Desa Sukamukti, Dede Hamdani yang menilai kehadiran mahasiswa telah banyak membantu warga mengangkat potensi di desanya.
 
"Kegiatan sudah berlangsung baru satu bulan, tapi kehadiran mahasiswa ni sangat membantu, luar biasa. Mulai dari membantu pendidik di TK hingga UMKM warga," ucap Dede.
 
MBKM Mandiri, Dari Garut hingga Jadi Percontohan PTMGRMD Nasional
Kepala Desa Sukamukti, Dede Hamdani. Foto: Tim MBKM
 
Menurut Dede, kehadiran mahasiswa ini pun disambut antusiasme oleh warga.  "Kami mengucapkan terima kasih kepada Pemda dan perguruan tinggi, berkat kolaborasi ini saya yakin desa Sukamukti semakin maju," ungkap Dede.
 
Dalam kesempatan yang sama, Dewan Pakar MBKM, Imas Rosidawati yang juga dosen  Universitas Langlangbuana, Bandung Jawa Barat mengatakan, PTMGRMD ini menargetkan tercapainya 3 Key Performance Indicator (KPI) yang menjadi fokus utama.  Yakni penurunan angka stunting, pengentasan kemiskinan ekstrem, dan one village one product (OVOP). 
 
Selama ini, kata Imas, Garut memiiki banyak potensi luar biasa, hanya saja memiliki tantangan pada peningkatan hal tersebut.
 
Potensi Garut itu sangat luar biasa, baik dari pariwisata dan ekonominya. Siapa yang tidak tahu dodol Garut? Tapi tantangannya bagaimana potensi itu bisa ditingkatkan,” ungkap Imas.
 
"Kehadiran mahasiswa melalui MBKM Mandiri ini telah berhasil mengembangkan potensi yang ada. Terjun langsung ke lapangan, tidak hanya melihat dari 'atas'," beber Imas.
 
Salah satu Tim Pelaksana Pusat Kampus Merdeka, Iril Pramadhana Waty saat turun ke Garut pun mengakui dan melihat langsung di lapangan praktik PTMGRMD memang layak menjadi percontohan bagi perguruan tinggi lainnya.
 
Iril mengatakan, Kemendiktisaintek berharap apa yang dilakukan MBKM Mandiri PTMGRMD di Garut dapat bergaung lebih luas lagi di Indonesia.  "Kami ingin menceritakan praktik baik di Garut itu seperti apa. Kami harap cerita ini bisa diangkat dan didengar se-Indonesia agar MBKM Garut ini bisa jadi percontohan,” ucap Iril.
 
Sementara itu, Kepala Pokja Akademik LLDIKTI Wilayah IV, Agus Gumilar berharap pemasaran digital yang dilakukan mahasiswa di Desa Sukamukti dapat berlanjut. Tidak hanya sebatas saat program berjalan.
 
“Desa Sukamukti kami memberikan prioritasnya OVOP, sehingga dengan adanya mahasiswa di sini bisa membantu perkembangan UMKM dan perekonomian masyarakat. Mereka membangun digitalisasi marketing itu hal yang luar biasa. Diharapkan bisa berkelanjutan,” tutup Agus.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan