Sebagai bentuk tertulis terakhir dari bahasa Mesir, Bahasa Koptik muncul pada abad pertama Masehi, menggunakan alfabet Yunani dengan tambahan beberapa karakter dari tulisan Demotik Mesir Kuno.
Menurut tulisan yang dirangkum oleh The History of the Coptic Language, bahasa ini memiliki perjalanan yang unik, mulai dari penggunaannya oleh komunitas pagan hingga menjadi bahasa utama Kekristenan di Mesir.
Asal Usul Bahasa Koptik
Bahasa Koptik merupakan salah satu dari rumpun bahasa Afroasiatik, berakar dari tulisan hieroglif yang berkembang lebih dari 6.000 tahun lalu. Tulisan ini awalnya digunakan untuk mencatat kalender dan ritual keagamaan.Seiring waktu, hieroglif berkembang menjadi tulisan Demotik yang lebih sederhana pada abad kelima SM.
Pada masa penjajahan Yunani di Mesir, tulisan Demotik mulai digantikan oleh alfabet Yunani, yang dianggap lebih efisien dan praktis. Perpaduan ini menciptakan sistem tulisan baru yang kemudian dikenal sebagai Koptik.
Kebanyakan pengucap bahasa ini adalah Orang-orang Koptik. Mereka adalah keturunan langsung dari masyarakat Mesir kuno yang telah mempertahankan identitas mereka melalui agama dan budaya.
Istilah "Koptik" sendiri berasal dari kata Yunani "Aigyptos," yang berarti "orang Mesir." Setelah penaklukan Arab pada abad ke-7, istilah ini lebih spesifik merujuk pada penduduk Mesir yang menganut agama Kristen.
Pada abad pertama Masehi, bahasa Koptik mulai digunakan untuk menerjemahkan Alkitab dan menyebarkan ajaran Kristen.
Dengan dukungan para misionaris seperti St. Mark, Koptik menjadi alat utama dalam penyebaran Kekristenan di Mesir, menggantikan tulisan Mesir kuno yang sudah mulai ditinggalkan.
Keemasan dan Penurunan Bahasa Koptik
Bahasa Koptik mencapai puncak kejayaannya pada abad ke-4 hingga ke-7 Masehi. Selama periode ini, Koptik menjadi bahasa utama dalam liturgi Gereja Koptik dan karya-karya sastra Kristen.Tokoh-tokoh seperti St. Shenouda berhasil mengangkat Bahasa Koptik ke tingkat sastra tinggi dengan karya-karya yang ditujukan untuk komunitas monastik dan masyarakat umum.
Namun, dengan masuknya pemerintahan Arab pada abad ke-7, penggunaan Bahasa Koptik mulai menurun. Arab menjadi bahasa resmi administrasi dan perdagangan, yang secara perlahan menggantikan Koptik di kalangan masyarakat umum.
Menurut catatan Hany N. Takla dalam The History of the Coptic Language, tekanan ekonomi dan politik memaksa banyak keluarga Koptik untuk beralih ke bahasa Arab demi mempertahankan pekerjaan mereka.
Revitalisasi di Era Modern
Pada abad ke-19, upaya untuk menghidupkan kembali Bahasa Koptik mulai dilakukan oleh Gereja Koptik Ortodoks. Patriark Cyril IV mendirikan sekolah-sekolah yang mengajarkan Koptik kepada generasi muda.
Langkah ini dilanjutkan dengan penerbitan buku-buku liturgi dalam Bahasa Koptik dan penyusunan kamus serta tata bahasa yang lebih terstruktur.
Sayangnya saat ini, Bahasa Koptik dianggap sebagai bahasa mati, hanya digunakan dalam liturgi Gereja Koptik.
Namun, masih ada beberapa individu yang mampu berbicara Koptik secara fasih. Salah satunya adalah Mona Zaki, yang menggunakan bahasa ini dalam percakapan sehari-hari dengan keluarganya.
“Saya merasa Bahasa Koptik memperkuat iman saya,” ujar Zaki, seperti dilaporkan oleh Daily News Egypt. Meski demikian, Zaki mengakui bahwa ia tidak mengajarkan bahasa ini kepada anak-anaknya.
“Saya merasa Bahasa Koptik tidak berguna bagi anak-anak saya, jadi saya tidak melakukannya,” kata Zaki.
Menurut Zaki, Bahasa Koptik adalah simbol identitas yang penting, terutama bagi komunitas Koptik yang menjadi minoritas di Mesir.
“Bahasa ini memberikan saya kekuatan untuk mempraktikkan keyakinan saya meskipun ada tantangan,” ujarnya.
Di era modern, upaya revitalisasi Bahasa Koptik juga didorong oleh diaspora Koptik di luar Mesir. Menurut laporan The New Arab, komunitas diaspora di negara-negara seperti Australia dan Amerika Serikat telah menjadi motor penggerak utama dalam pelestarian bahasa ini.
“Bahasa Koptik adalah cara unik untuk menghubungkan diaspora dengan asal-usul mereka,” kata Senote Keriakes, seorang penulis Koptik-Australia.
Ia menambahkan bahwa kelas-kelas Bahasa Koptik semakin banyak dibuka di gereja-gereja diaspora, sebagai bagian dari kurikulum keagamaan dan budaya.
Namun, seperti yang disoroti oleh The New Arab, keberhasilan revitalisasi ini membutuhkan lebih dari sekadar usaha dalam liturgi. Bahasa Koptik perlu diperkenalkan dalam konteks yang lebih luas, seperti media, seni, dan pendidikan umum.
Beberapa proyek inovatif, seperti terjemahan komik populer ke dalam Bahasa Koptik, telah dilakukan untuk menarik minat generasi muda.
Makna Historis dan Budaya
Sebagai bahasa keturunan terakhir dari Mesir Kuno, Bahasa Koptik tidak hanya merupakan alat komunikasi, tetapi juga simbol identitas dan warisan budaya.Bahasa ini menghubungkan generasi modern dengan peradaban Mesir kuno, menjadikannya aset tak ternilai bagi dunia.
Dalam kata-kata Hany N. Takla, “Bahasa Koptik adalah jendela terakhir ke Mesir kuno dan pilar identitas Koptik yang tak tergantikan.”
Zaki menambahkan, “Akan menjadi kehilangan besar jika dunia tidak lagi mengenali pentingnya Bahasa Koptik dalam doktrin Kristen dan budaya global.”
Baca Juga:
14 Bahasa yang Dianggap Suci di Dunia, Apa Saja?
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id