Pakar Gizi IPB University Hardinsyah. DOK IPB
Pakar Gizi IPB University Hardinsyah. DOK IPB

Puasa Disebut Dapat Menjaga Organ Hati dari Penyakit Fisik dan Gangguan Emosional

Renatha Swasty • 01 April 2022 17:55
Jakarta: Umat muslim di Indonesia segera menyambut bulan Ramadan. Selama puasa, masyarakat tidak hanya wajib menahan lapar, namun menjaga stabilitas spiritual dan emosional.
 
Kesehatan spiritual dan emosional berpengaruh pada kesehatan fisik. Sehingga, ibadah dapat dimaksimalkan dan berjalan optimal.
 
Pakar Gizi IPB University Hardinsyah menjelaskan hubungan antar puasa dan fungsi hati. Organ internal terbesar dalam tubuh itu memiliki banyak peran penting.

"Antara lain dalam produksi kolesterol sehat. Organ ini juga berfungsi dalam produksi hormon pertumbuhan, produksi gula menjadi glikogen, produksi cairan empedu, hingga menyimpan cadangan gizi," kata Hardinsyah dalam keterangan tertulis, Jumat, 1 April 2022.
 
Dia menuturkan masyarakat sebaiknya tidak terlalu banyak mengonsumsi makanan berlemak tinggi seperti gulai dan rendang. Konsumsi terlalu banyak makanan berkolestrol tinggi dapat mempengaruhi keseimbangan kadar kolesterol dalam tubuh.
 
Hardinsyah menuturkan organ hati juga berfungsi dalam produksi albumin yang berperan meningkatkan imunitas. Selain itu, hati juga berfungsi sebagai penyimpan cadangan gizi dan vitamin.
 
Dia menjelaskan sel darah merah yang sudah kedaluwarsa juga akan dirombak untuk diregenerasi oleh hati. Sel darah akan menumpuk dan membahayakan tubuh bila hati tidak berfungsi baik.
 
“Kaitan yang lebih penting adalah terkait fungsinya untuk membersihkan darah dari zat berbahaya dan tidak bermanfaat,” kata Hardinsyah.
 
Dia mengungkapkan pentingnya menjaga fungsi hati untuk mencegah tubuh terkena berbagai gangguan hati. Mulai dari penyakit hepatitis hingga kanker hati.  
 
“Tidak hanya itu, gangguan hati juga dapat terjadi akibat gangguan emosional dan spiritual. Gangguan emosional, seperti sedih, marah, dan kesepian ternyata bisa berpengaruh pada totalitas kegiatan kita,” tutur dia.
 
Hardinsyah menyebut fenomena ini terjadi karena kejadian sakit hati memengaruhi jalur ke otak. Gangguan yang bersifat psikologis dapat mempengaruhi aktivitas bagian otak Anterior Cingulate Cortex (ACC).
 
Semakin tinggi gangguan emosional, aktivitas ACC akan meningkat dan mengganggu kerja pikiran dan fisik. Sehingga menjaga kesehatan hati tidak sekadar menjaga fisik tubuh, kesehatan non fisik juga perlu dijaga.
 
“Menurut saya, di bulan puasa orang-orang tidak hanya harus pantang terhadap makanan minuman, namun juga pantang pada kegiatan yang membatalkan seperti berkata kasar dan marah. Anjuran agama dalam puasa pasti disertai dengan komponen mengasah diri untuk menjaga keseimbangan aktivitas ACC dan mencegah hati terdampak gangguan non fisik,” ujar Guru Besar lmu Gizi IPB University ini.
 
Hardinsyah mengatakan puasa yang dilakukan dengan berbasis agama tentunya akan menjaga diri dari keadaan emosional berlebih. Umat muslim harus dapat menahan diri secara totalitas, termasuk cara bertindak dan berpikir.  
 
“Beberapa penelitian meta analisis terkait puasa dan kesehatan hati juga menunjukkan bahwa puasa dapat menjamin kesehatan fisik dan mental seseorang. Ibadah puasa yang dilaksanakan dengan baik dan benar serta berbasis ilmu ternyata memiliki efek luar biasa dalam merawat dan menjaga hati,” tutur dia.
 
Baca: Sambut Ramadan, Sekolah di Palangka Raya Diliburkan
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan