Ilustrasi sekolah. MI/Susanto.
Ilustrasi sekolah. MI/Susanto.

Tes Calistung Dihapus, Penting Disosialisasikan ke Kepala Sekolah, Guru, dan Orang Tua

Renatha Swasty • 12 April 2023 14:56
Jakarta: Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menghapus tes membaca, menulis, dan menghitung (calistung) pada PPDB jenjang sekolah dasar atau madrasah ibtidaiyah. Pakar pendidikan Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Martadi menilai kebijakan tersebut patut diapresiasi karena salah satu semangatnya yaitu meluruskan mispersepsi calistung.
 
"Tes calistung memang belum fasenya diberikan kepada anak usia 0-6 tahun. Selain itu, guru cenderung fokus mengajar calistung ketimbang memaksimalkan enam aspek pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini," ucap Martadi dikutip dari laman unesa.ac.id, Rabu, 12 April 2023.
 
Adapun aspek pertumbuhan dan perkembangan anak yang dimaksud, meliputi nilai agama dan moral, fisik-motorik, kognitif, bahasa, sosial-emosional, dan seni. Martadi mengatakan hal ini sering keliru dipahami orang tua seolah-olah PAUD hebat adalah yang mampu membuat anak bisa membaca, menulis, dan menghitung.

"Saya lihat kebijakan ini agar satuan pendidikan PAUD dan SD menerapkan pembelajaran yang menyenangkan atau membangun kemampuan fondasi anak. Guru melakukan strategi pembelajaran aktif, eksploratif, interaksi positif, dan menyenangkan sehingga tumbuh rasa ingin tahu dan percaya diri anak," papar Martadi.
 
Pria yang memimpin Lembaga Pendidikan dan Sertifikasi Profesi (LPSP) Unesa itu mengatakan kebijakan Merdeka Belajar dapat mengurangi beban siswa dan guru di sekolah serta meluruskan berbagai kesalahan dalam implementasi pendidikan di level dasar. Salah satu kekeliruan itu seperti langsung menyodorkan huruf dan latihan menulis kepada anak.
 
Padahal, kata dia, anak usia PAUD dan awal SD perlu dibekali dengan kemampuan mengenal bentuk. Anak seringkali bingung membedakan antara huruf b dan d. Dua huruf itu, diputar dari berbagai sisi sama bagi anak.
 
Ini disebabkan karena mereka menggunakan perspektif burung (melihat dari atas). Martadi menyebut anak harus diberikan permainan puzzle agar bisa mengenali bentuk.
 
"Kalau mereka bisa menata puzzle yang jumlahnya sekitar 24 keping itu menjadi dasar penting untuk memasuki fase belajar membaca dan menulis. Guru harus tahu cara yang tepat bagaimana mengenalkan baca tulis secara menyenangkan kepada anak, sehingga mereka tidak merasa kesulitan dan merasa bosan. Itu kuncinya," kata dia.
 
Dia menyebut kebijakan ini harus benar-benar dipahami seluruh pelaku dan stakeholder pendidikan. Kemendikbudristek diminta tidak hanya cukup menerbitkan kebijakan, tetapi juga perlu sosialisasi kepada kepala sekolah dan guru.
 
Martadi mengatakan orang tua juga harus dipahamkan bahwa anak TK tidak harus bisa baca tulis, tetapi lebih ke pertumbuhan dan perkembangannya. Apabila di SD terdapat tes kemampuan anak itu bukan untuk seleksi, tetapi untuk diagnosis untuk memetakan kemampuan anak, mengetahui kemampuan anak, mengetahui potensi anak, lalu bagaimana guru memilih strategi yang tepat untuk pembelajaran.
 
"Kebijakan ini jangan hanya diluncurkan dan di-send (kirim), tetapi juga men-deliver ke pemangku kepentingan, utamanya guru, kepala sekolah dan orang tua agar mereka bisa menerjemahkan program ini dengan bagus di sekolah bahkan di rumahnya masing-masing," ucap dia.
 
Dia menegaskan apabila masih ada sekolah yang melanggar dengan menggunakan tes calistung karena dianggap sebagai kebiasaan, tentu tidak boleh langsung dijatuhkan sanksi berupa penutupan sekolah. Tetapi, bisa diberikan surat peringatan terlebih dahulu.
 
Martadi berharap kebijakan ini menjadi angin segar untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan pendidikan di PAUD dan SD. Sebab, level sekolah tersebut menjadi fondasi penting yang memengaruhi tumbuh dan kembangnya anak pada fase berikutnya.
 
"Semoga 3-4 tahun ke depan semua sekolah sudah menerapkan ini dan membuat anak-anak lebih merdeka belajar dan lebih joyful learning dan bermakna bagi anak," ujar dia.
 
Baca juga: Tes Calistung Berpotensi Timbulkan Stres Bagi Anak

 
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan