"Namun, saat ini hanya sekitar 6 persen penduduk Indonesia yang baru mengenyam pendidikan tinggi," kata Budi dalam keterangannya, Kamis, 13 Oktober 2022.
Budi menyatakan angka tersebut sangat rendah. Terutama, dibandingkan dengan jumlah penduduk usia muda di Tanah Air.
Dia mengatakan tantangan Angka Partisipasi Kasar (APK) pendidikan tinggi yang belum signifikan serta daya saing lulusan perlu disikapi serius. Budi menyebut kolaborasi dan sinergi pemangku kepentingan, yakni perguruan tinggi, masyarakat, industri, dan pemerintah harus terus ditingkatkan.
Direktorat Jenderal Kependudukan dan Catatan Sipil pada 2022 mencatat penduduk berpendidikan D1 dan D2 0,41 persen, D3 1,28 persen, S1 4,39 persen, S2 0,31 persen, dan hanya 0,02 persen mengenyam pendidikan jenjang S3. Budi menyatakan secara sosial budaya, keluarga di Indonesia sejatinya telah memiliki kesadaran pendidikan merupakan peroritas utama.
Namun, permasalahan utama ialah kemampuan ekonomi masyarakat yang akhirnya menghambat akses ke dunia pendidikan. "Karena ada masalah ekonomi dan daya beli, akhirnya pendidikan dinomorduakan, karena ada masalah ekonomi dan kesehatan yang harus diutamakan," tutur Budi.
Baca juga: Aptisi Lempar Kritik Keras Soal Cara Berkomunikasi Nadiem |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News