Ali Akbar Navis atau lebih dikenal dengan A.A. Navis merupakan seorang penulis dan budayawan terkemuka Indonesia. Kontribusinya terhadap sastra Indonesia menjadikannya sosok ikonik di dunia sastra.
A.A. Navis menghasilkan sejumlah besar publikasi dan bekerja sebagai guru bagi penulis lain selama hidupnya. Pengusulan penetapan peringatan 100 tahun kelahiran Ali Akbar Navis (1924-2003) mendapat dukungan dari Malaysia, Federasi Rusia, Thailand, dan Togo.
Sedangkan, Keumalahayati merupakan salah satu tokoh heroik perempuan paling awal di Indonesia. Ia diakui sebagai pahlawan nasional atas keberanian, kepemimpinan, dan kontribusinya yang signifikan dalam membela Tanah Air.
Dia dibesarkan di wilayah yang terkenal dengan tradisi maritim yang kuat dan mengenal dunia peperangan laut sejak usia muda. Ayahnya, Laksamana Mahmud Syah, adalah seorang panglima angkatan laut armada Aceh yang terampil dan dihormati. Dia mewariskan ilmu dan keahliannya kepada putrinya.
Ketika ayahnya meninggal dunia sehingga jabatannya kosong, Sultan Alauddin Riayat Syah dari Aceh mengangkat Keumalahayati sebagai Laksamana baru, mengingat bakat, keterampilan, dan tekadnya. Jabatan Panglima Angkatan Laut Kesultanan Aceh menjadikan Keumalahayati sebagai laksamana wanita pertama dalam sejarah Indonesia dan Asia Tenggara.
Dalam masa kejayaannya, Keumalahayati berhasil membuktikan dirinya merupakan pemimpin yang cakap di tengah skeptisisme terhadap perempuan. Pengusulan penetapan peringatan 475 tahun kelahiran Keumalahayati (1550-1615) mendapat dukungan dari Malaysia, Federasi Rusia, Thailand, dan Togo.
Penetapan peringatan atas tokoh ternama di negara anggota UNESCO memiliki beberapa kriteria. Penentuan berdasarkan tahun kelahiran atau kematian tokoh; terkait dengan cita-cita dan misi organisasi dalam bidang pendidikan, budaya, ilmu pengetahuan alam, ilmu sosial dan kemanusiaan, serta komunikasi.
Diusulkan dengan mempertimbangkan keterwakilan gender; hanya dapat diusulkan secara anumerta, serta peristiwa yang memiliki cakupan universal atau setidaknya signifikansi regional; minimal di dukung oleh dua negara; memiliki dampak besar bagi negara ataupun dunia, dan sebagainya.
Kedua tokoh ternama dari Indonesia ini sekaligus mengukuhkan prestasi Indonesia dalam UNESCO selama periode Sidang Umum ke-42 UNESCO di 2023. Indonesia berhasil terpilih sebagai anggota Dewan Eksekutif UNESCO, menjadi anggota Dewan International Programme for the Development of Communication (IPDC), Meresmikan Indonesian Corner di markas besar UNESCO, serta penetapan Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi sidang umum UNESCO.
Baca juga: Peluang Bahasa Indonesia Usai Digunakan Sidang Umum UNESCO, Ini Kata Pakar Unair |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News