"Bisa saja di awal ada 20 siswa dan di akhir semester bisa saja tinggal 10 siswa," ujar Wasekjen FSGI, Fahriza Tanjung dalam diskusi daring Negara Wajib Cegah Depresi Peserta Didik Akibat Beban PJJ, Minggu 1 November 2020.
Menurut Fahriza, hal ini terjadi akibat tidak adanya regulasi yang jelas dalam PJJ. Akhirnya pihak sekolah tetap melaksanakan PJJ dengan kurikulum yang sudah ada.
"Jadi kurikulum sama saja dengan kondisi normal. Padahal kondisi siswa dalam mengikuti PJJ jadi berbeda," sambungnya.
Fahriza menyayangkan, model PJJ yang akhirnya disamaratakan untuk seluruh siswa. Padahal kemampuan siswa berbeda ketika PJJ, baik dari segi infrastruktur maupun ekonomi dan sosialnya.
"Harusnya diperhatikan perbedaan pada siswa. Pada kondisi itu, sebagian siswa menjadi bosan," terang Fahriza.
Baca juga: Guru Juga Bisa Kuliah S2, Gratis!
Dia berharap sekolah benar-benar bisa menyederhanakan kurikulum. Baik itu dari segi mata pelajaran maupun jam pelajaran.
"Kalau cuma disederhanakan yang berkaitan dengan Kompetensi Dasar (KD) tidak selalu menyelesaikan masalah, saat beban tugasnya sama saja karena jumlah mata pelajarannya sama saja," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News