Ilustrasi. Medcom.id
Ilustrasi. Medcom.id

Peta Jalan Hingga Kurikulum Tak Boleh Mengabaikan Pendidikan Agama

Arga sumantri • 02 Mei 2021 15:20
Jakarta: Sistem pendidikan nasional tak boleh mengabaikan pendidikan agama, dalam peta jalan, maupun standar kurikulumnya. Hal ini disampaikan Sekretaris Ditjen Bimas Islam Kementerian Agama (Kemenag) Muhammad Fuad Nasar dalam menyambut Hari Pendidikan Nasional (Haridknas) 2021.
 
"Sistem pendidikan nasional dibangun di atas landasan ideologi Pancasila dan way of life sebagai bangsa religius," kata Fuad melalui keterangan tertulis, Minggu, 2 Mei 2021.
 
Ia menekankan, misi pendidikan untuk melahirkan manusia dan warga negara merdeka dengan tanggungjawab kemanusiaan yang disandangnya harus terjaga selamanya. Bangsa Indonesia harus memiliki budaya dan perilaku menghargai ilmu dan tanggungjawab intelektual. 

"Sistem pendidikan nasional tidak boleh  mengabaikan Pendidikan Agama dalam peta jalan maupun standar kurikulumnya," ujarnya.
 
Baca: Kebijakan Pendidikan di Masa Pandemi Dinilai Belum Optimal
 
Ia mengajak seluruh pihak merenungkan pesan bapak bangsa Mohammad Hatta pada Hari Alumni I Universitas Indonesia, 11 Juni 1957 berjudul Tanggung Jawab Moril Kaum Inteligensia. Hatta mengatakan, pangkal segala pendidikan karakter ialah cinta akan kebenaran dan berani mengatakan salah dalam menghadapi sesuatu yang tidak benar.
 
"Kurang kecerdasan dapat diisi, kurang karakter sukar memenuhinya, seperti ternyata dengan berbagai bukti di dalam sejarah. Ilmu dapat dipelajari oleh segala orang yang cerdas dan tajam otaknya, akan tetapi manusia yang berkarakter tidak diperoleh dengan begitu saja," ungkapnya.
 
Ia menekankan, kemajuan bangsa tidak terlepas dari peran dunia pendidikan. Generasi terpelajar adalah produk dari pendidikan yang terbentang sejak dari rahim ibu, pendidikan dalam keluarga, sekolah dan di tengah masyarakat. 
 
Dalam perspektif Islam, kata dia, tujuan pendidikan tidak bisa dipisahkan dari tujuan hidup manusia sebagai makhluk ciptaan Allah. Makanya, pendidikan manusia seutuhnya mensenyawakan dimensi jasmani, rohani, akal, dan akhlak dalam diri manusia. 
 
Pendidikan dianggap gagal jika keluaran yang dihasilkan ialah sumber daya manusia yang sekadar pintar dan menguasai teknologi, tetapi tunamoral, tidak memiliki rasa peduli dan tidak memiliki empati terhadap sesama. Dalam istilah yang sering diucapkan oleh Presiden ketiga Indonesia  B.J. Habibie, perlu keseimbangan antara penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta iman dan takwa.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AGA)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan