Pengukuhan Rahmi dilakukan oleh Pelaksana Tugas (Plt) Rektor Universitas Trisakti, Ali Ghufron Mukti, bertempat di Auditorium FK-FKG Kampus B Universitas Trisakti, Jumat, 2 Agustus 2019. "Dengan ini kami kukuhkan sebagai Guru Besar drg. Rahmi Amtha, MDS, Sp.PM, PhD fakultas kedokteran Gigi Universitas Trisakti yang ke-59," ujar Ghufron di sela-sela upacara pengukuhan.
Sementara itu, Rahmi Amtha pada pengukuhannya menyampaikan pidato bertajuk "Faktor Risiko Kanker Mulut, Gambaran Klinis Lesi Pra Kanker dan Samuri Sebagai Cara Pengendalian Angka Morbiditas Kanker Mulut di Indonesia".
Ia menjelaskan secara global terdapat 300.373 kasus kanker mulut baru. Lebih dari separuh atau 168.859 kasus baru kanker mulut di dunia terjadi di Asia dan 11 persen di antaranya berasal dari negara Asia Tenggara termasuk Indonesia.
"Laporan Menteri Kesehatan RI dalam rangka hari kanker sedunia tahun 2019, Age Standard Rate (ASR) kanker mulut di Indonesia adalah 2,8-3,61 untuk laki-laki dan 1,9-2,17 perempuan per 100.000 penduduk," jelas Rahmi.
Ia menambahkan, kanker mulut menempati peringkat ke-9 untuk laki-laki dan ke-13 untuk perempuan dibandingkan dengan kanker lain di Indonesia. Penderita kanker mulut memiliki angka bertahan hidup yang amat rendah yaitu 1,1-2,4 bulan saja pada stadium yang sama dibandingkan dengan kanker payudara atau serviks.
Baca: UNS Kukuhkan Tiga Guru Besar Baru
Ketua Ikatan Spesialis Penyakit Mulut Indonesia (ISPSI) itu mengatakan, terdapat faktor-faktor yang dapat memicu terjadinya kanker mulut. World Health Organization menetapkan bahwa merokok, minum alkohol dan mengunyah sirih pinang merupakan tiga aktivitas yang memiliki risiko terbesar terjadinya kanker mulut.
Atas dasar itu, Rahmi mengimbau masyarakat agar lebih peduli terhadap kesehatan mulut. Masyarakat dapat mendeteksi dini kanker mulut dengan melakukan Samuri (periksa mulut sendiri) secara rutin selama satu bulan sekali.
Pertama, kenali faktor-faktor risiko (habit) yang berkaitan dengan kanker mulut dan waspada terhadap luka dalam mulut yang tidak sembuh lebih dari empat minggu. Kedua, kenali bermacam-macam perubahan yang ditemukan dalam rongga mulut. Terakhir, segera memeriksakan kondisi atau luka yang ada ke dokter gigi terdekat.
"Dengan Samuri dapat mendeteksi dini kanker mulut dengan mencegah hampir 65 persen," tuturnya.
Mengakhiri pidatonya, Rahmi menegaskan, kesehatan masyarakat terutama mulut bukan saja tanggung jawab dokter gigi, namun perlu ada usaha dari seluruh individu. Ia berharap masyarakat Indonesia dapat menyadari faktor risiko apa saja yang berperan memicu kanker mulut dan menghindarinya.
"Pada akhirnya dapat menurunkan angka kesakitan masyarakat Indonesia terhadap penyakit kanker yang menggunakan dana kesehatan nasional BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) Kesehatan nomor dua terbesar setelah stroke, yakni lebih dari 2,7 triliun pertahun," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News