Pertemuan antara Menteri Agama RI Nasaruddin Umar bersama Presiden dan Wakil Rektor McGill University, Kanada, Deep Saini. DOK Kemenag
Pertemuan antara Menteri Agama RI Nasaruddin Umar bersama Presiden dan Wakil Rektor McGill University, Kanada, Deep Saini. DOK Kemenag

Kemenang Buka Peluang Kirim Pelajar ke McGill University Kanada

Renatha Swasty • 26 Februari 2025 11:47
Jakarta: Kementerian Agama (Kemenag) membuka peluang mengirimkan mahasiswa Indonesia belajar di Kanada. Hal itu dibahas dalam pertemuan antara Menteri Agama RI Nasaruddin Umar bersama Presiden dan Wakil Rektor McGill University, Kanada, Deep Saini. 
 
"Kami mengirimkan beberapa pelajar muslim penerima beasiswa ke London untuk kuliah ekonomi Islam, ekonomi syariah, dan juga perbankan Islam. Karena kita tahu, di Kanada juga, banyak pakar dalam pembacaan Islam, kita bisa berkolaborasi," ujar Nasaruddin dalam pertemuan dikutip dari laman kemenag.go.id, Rabu, 26 Februari 2025. 
 
Imam Besar Masjid Istiqlal itu menyebut pihaknya mengirim 400 pelajar setiap tahun ke Amerika Serikat. Dia mengatakan di masa depan bisa berubah. 

"Kami bisa mengirim ke McGill dan tinggal di sana selama 6 bulan,” ujar dia. 
 
Nasaruddin menuturkan Indonesia memiliki ekosistem pendidikan yang berkembang pesat dan dapat menjadi mitra strategis bagi McGill University di Asia Tenggara. Dia membuka peluang pengiriman mahasiswa Indonesia untuk menempuh program Master dan PhD di McGill selain itu program kolaboratif jangka pendek, seperti workshop atau pelatihan berdurasi 3 hingga 6 bulan.
 
“Kita juga memiliki beberapa organisasi di sini. Jadi, salah satu pasar yang sangat baik di Asia Tenggara adalah Indonesia. Jika McGill ingin mengembangkan program Anda, bukan hanya untuk pelajaran seperti Master, dan PhD Program, tapi juga untuk kolaborasi untuk workshop selama 3 atau 6 bulan,” tutur dia. 
 
Baca juga: Jangan Lewatkan, Ini 7 Beasiswa Exchange ke Luar Negeri

Deep Saini mengungkapkan McGill terbuka untuk mempertimbangkan hal tersebut, tetapi ada dua faktor utama yang harus diperhatikan. Pertama, sistem pendanaan McGill memiliki batasan dalam menggunakan dana dari Quebec untuk investasi di luar negeri. 
 
Kedua, pemanfaatan teknologi modern untuk menyelenggarakan perkuliahan, seperti kuliah daring atau hybrid. Ini untuk memastikan kualitas pendidikan tetap tinggi meskipun dilakukan di lokasi berbeda.
 
“Jika McGill ingin mempertimbangkan sesuatu seperti itu di sini, kita akan tetap terbuka. Kami melihat dua hal penting: cara pendanaan kami bekerja dan bagaimana kami dapat memanfaatkan teknologi modern untuk memberikan kuliah berkualitas tinggi,” jelas dia. 
 
Nasaruddin berharap kerja sama ini dapat segera terwujud. Sehingga, mahasiswa Indonesia memiliki lebih banyak kesempatan belajar di institusi kelas dunia seperti McGill University. 
 
“Saya pikir, di masa depan, kita bisa membandingkan beberapa tempat belajar yang terbaik. Jika McGill lebih baik daripada yang lain, kami bisa mengirim pelajar ke sana sepenuhnya,” ujar Nasaruddin.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan