Indonesia Sports Summit 2025. DOK Kemendiktisaintek
Indonesia Sports Summit 2025. DOK Kemendiktisaintek

Kemendiktisaintek Dorong Pembinaan Atlet Lewat Kampus, Didukung Beasiswa dan Riset

Renatha Swasty • 08 Desember 2025 16:09
Jakarta: Direktur Jenderal Riset dan Pengembangan (Dirjen Risbang) Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek), Fauzan Adziman, menekankan perguruan tinggi harus menjadi mesin utama pembinaan atlet nasional. Fauzan menyoroti perlunya 'jalur kedua' pembinaan atlet selain klub, yakni berbasis perguruan tinggi. 
 
Menurutnya, ekosistem kampus punya potensi besar karena mahasiswa berada di usia emas performa atlet (18–25 tahun). Sementara itu, fasilitas laboratorium, pelatih, dan dukungan akademik sudah tersedia.
 
“Kita ingin membuka jalur kedua melalui pendidikan tinggi agar scaling up pengembangan atlet bisa lebih besar. Perguruan tinggi adalah tempat atlet berkembang, membangun karier, dan meraih prestasi,” ujar Fauzan dalam Indonesia Sports Summit 2025 melalui keterangan tertulis, Senin, 8 Desember 2025. 

Fauzan menekankan Indonesia tidak boleh tertinggal dalam era olahraga presisi. Perubahan paradigma dari olahraga berbasis bakat menuju olahraga berbasis keilmuan menjadi penting untuk memajukan bidang pendidikan dan keolahragaan Indonesia. 
 
Kemdiktisaintek mendorong integrasi akademik, riset, dan performa atlet sebagai satu sistem.
“Kita bergerak dari paradigma berbasis bakat menuju olahraga berbasis sains dan data. Ini kunci agar kita tidak tertinggal,” tegas dia. 
 
Dia menyebut dukungan konkret telah diberikan melalui beasiswa yang menyasar atlet mahasiswa berprestasi. Hingga saat ini, 159 atlet menerima beasiswa penuh mencakup biaya pendidikan dan biaya hidup. 
 
Kebijakan fleksibilitas akademik memungkinkan penjadwalan ulang kuliah/ujian, hingga pembelajaran daring saat atlet bertanding di luar negeri. 
 
“Kita tidak ingin mencetak mahasiswa template. Atlet perlu perlakuan khusus, pendampingan akademik, dan ruang belajar yang memungkinkan,” ujar Fauzan.
 
Riset sports science juga menjadi pilar penting. Kemdiktisaintek membuka pendanaan riset hingga Rp2 miliar per program per tahun, diarahkan untuk studi biomekanika, fisiologi, nutrisi, psikologi olahraga, hingga analisis data dan penggunaan wearable. 
 
Laboratorium di Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Universitas Negeri Jakarta (UNJ), dan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) berkembang sebagai Center of Excellence untuk pengembangan atlet presisi.
 
Chief Executive Officer (CEO) Indonesian Basketball League (IBL), Junas Miradiarsyah, menilai kampus berada di lapisan krusial piramida pembinaan atlet nasional. Ia menunjukkan data peningkatan kampus pemberi beasiswa atlet basket dari hanya 8 menjadi lebih dari 20 kampus ketika kompetisi berjalan konsisten. 
 
“Universitas yang memberikan beasiswa mencetak prestasi lebih baik. Ini menunjukkan ekosistem kampus itu nyata dan potensinya besar,” ujar Junas.
 
Junas mengatakan standarisasi pemberian beasiswa serta pendampingan psikologis menjadi pekerjaan rumah. Sebab, menjadi mahasiswa-atlet adalah komitmen ganda yang berat. 
 
Ia sejalan dengan pendekatan yang dibangun Kemdiktisaintek bahwa pembinaan harus mencakup aspek mental, nutrisi, biomekanik, hingga coaching ilmiah. Kemdiktisaintek memandang pengembangan atlet sebagai agenda strategis nasional dengan langkah terukur dari pembinaan individu, penguatan riset, hingga konsolidasi kompetensi di perguruan tinggi.
 
Indonesia Sports Summit 2025 menandai awal penguatan kolaborasi antarsektor. Kemdiktisaintek menegaskan kesiapan untuk bekerja bersama seluruh pemangku kepentingan dalam mewujudkan cita-cita menuju Indonesia Emas 2045.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan