Peluncuran 64 judul buku karya kepala sekolah, guru, dan siswa di SMPN I Banyumas. Foto: Dok. SMPN I Banyumas
Peluncuran 64 judul buku karya kepala sekolah, guru, dan siswa di SMPN I Banyumas. Foto: Dok. SMPN I Banyumas

Sempat Dicibir, Kini SMPN I Banyumas Berhasil Terbitkan 64 Buku

Ilham Pratama Putra • 11 Maret 2021 14:42
Jakarta: Impian Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Banyumas, Jawa Tengah, Endah Kurniasih untuk menjadikan institusi yang dipimpinnya menjadi sekolah literasi akhirnya terwujud. Menjabat sejak 2019, Endah memang sudah berangan dan bertekad membangun sekolah literasi.
 
"Dua tahun lalu itu saya galakkan gemar menulis. Saya sampai berinisiatif mencobanya dengan cara mengikuti pelatihan menulis," kata Endah kepada Medcom.id, Kamis 11 Maret 2021.
 
Kala itu, kata dia, baru ada beberapa guru dan tiga siswa yang mengikuti pelatihan yang sama dengan dirinya. Dalam rayuannya, dia menyebutkan guru yang ikut pelatihan menulis bisa memanfaatkan kemampuan tersebut untuk kenaikan pangkat.

"Harapan untuk siswa juga, agar menanamkan budaya menulis sejak dini," lanjut Endah.
 
Akhirnya ilmu dari pelatihan itu dibawanya ke SMP Negeri 1 Banyumas. Dengan harapan budaya literasi menulis buku dapat hidup di sekolah tersebut, sesuai dengan harapannya.
 
Awalnya, kata dia, banyak cibiran yang datang.  Tapi, hal itu justru dijadikannya sebagai motivasi untuk semakin menggiatkan literasi.
 
"Apalagi sebenarnya seusai pelatihan pertama hanya menghasilkan tiga buku karya siswa dan satu karya saya sendiri. Tak disangka itu pula yang mendorong kami semangat ikut pelatihan berikutnya," terang dia.
 
Baca juga:  Kisah Butet Manurung, Alumnus Dua Gelar Sarjana di Unpad
 
Tak disangka, melihat empat karya yang terbit dari pelatihan, Endah tak perlu 'berteriak-teriak' lagi mengajak para guru dan karyawan. Para guru justru mulai terketuk untuk mencoba menulis buku.
 
"Akhirnya muncul lagi delapan buku, yang satu nonfiksi dan tujuh lainnya fiksi berupa novel, kumpulan cerpen dan kumpulan puisi. Saya sangat bersyukur karena bisa menjadi penarik teman-teman untuk menulis," sambung Endah.
 
Kian lama gerakan literasi yang dibangun Endah ini benar-benar menjadi nyawa di SMPN 1 Banyumas. Puncaknya 9 Maret 2021 kemarin, SMPN 1 Banyumas akhirnya telah mampu menerbitkan 64 buku.
 
"Alhamdulillah sampai kemarin di-launching ada 64 judul karya kepala sekolah, guru, karyawan dan siswa.  Perjalanan panjang dan perjuangan penuh tantangan bisa menghasilkannya. 21 Guru dan 15 siswa turut dalam penulisan buku ini," tutupnya.
 
Lokomotif Literasi
 
Dalam kesempatan terpisah, anggota DPRD Banyumas, Djadjat Sudradjat mengaku gembira dalam sebuah kesempatan dapat hadir di sekolah penuh ispirasi, yakni SMPN I Banyumas.  "Saya sungguh sangat bergirang hati. Karena bisa hadir di sekolah penuh inspirasi, yakni SMPN 1 Banyumas. Di sini tradisi literasi amat hidup. Yakni para guru dan siswa menulis dan menerbitkan buku," ucap Djadjat.
 
Jumlah buku yang diterbitkan pun tak tanggung-tanggung, 64 judul buku.  Komite sekolah pun, kata Djadjat, mendukung sepenuhnya untuk pembiayaan.
 
"Baru kali ini saya menemukan sekolah penuh dedikasi pada literasi seperti ini. Di Jakarta sekali pun saya belum pernah mendengar dan jumpa," terang anggota DPRD dari Partai NasDem ini.
 
Ia menyebutkan, ada berbagai jenis buku, antara lain buku pelajaran (bahasa Inggris, bahasa Indonesia), biografi, puisi, cerita pendek, dan novel.  Motonya, "Satu Guru Satu Buku". Untuk siswa, "Satu Siswa Satu Buku" (Sasi Sabu). 
 
Diakui Djadjat, Kepala sekolah SMPN I Banyumas, Endah Kurniasih berhasil menjadi lokomotif literasi bagi dunia pendidikan di Banyumas.  Bayangkan, dari 64 buku yang diluncurkan tersebut, 9 buku di antaranya ditulis oleh Endah.
 
"Buku terbaru berjudul "Merajut Langkah, Menggapai Impian". Endah memang lokomotif literasi bagi dunia pendidikan di Banyumas," tegas mantan Pemimpin Redaksi Media Indonesia ini.
 
Selain para guru, tiga siswa sekolah itu telah mampu menulis buku (novel). Salwa Sahiya Putri misalnya, menulis "Perjalanan Menggapai Mimpi"; Muliana Syarifatul Fadilah menulis "Pertanggungjawaban di Negeri Lain" dan Inez Fawwazni Widya Pangesti menulis "Hilangnya Planet Pluto". (Kini mereka sudah SMA).
 
Bagi Djadjat, gerakan literasi di sekolah ini sungguh menjadi sebuah oasis. Di tengah menurunnya semangat menulis dan membaca secara umum, para guru dan siswa di sekolah ini justru memiliki semangat literasi tinggi. Semangat ini mestinya menjadi contoh di banyak sekolah. 
 
"Jika semangat itu terus menular dan meluas, saya percaya kita punya masa depan cerah. Tak ada bangsa yang maju tanpa punya kultur menulis dan membaca yang tinggi. Saya contohkan Jepang. Di mana pun, orang Jepang membaca," tandas Anggota Dewan Redaksi Media Indonesia ini.
 
Contoh yang sering disebut di negeri itu setelah kalah Perang Dunia II ia ceritakan kembali. Kaisar Hirohito bertanya kepada para jenderal, "Berapa guru yang tersisa?" Kepada para gurulah Kaisar akan mulai membangun kembali Jepang yang hancur. Para jenderal pun bingung.
 
"Kita telah jatuh, karena kita tidak belajar. Maka kumpulkan sejumlah guru yang masih tersisa di seluruh pelosok kerajaan ini, karena sekarang kepada mereka kita akan bertumpu, bukan kepada kekuatan pasukan," kata Kaisar 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan