Induk gajah yang melihat anaknya mati tertabrak truk di Malaysia. Foto: Free Malaysia Today
Induk gajah yang melihat anaknya mati tertabrak truk di Malaysia. Foto: Free Malaysia Today

Hari Gajah Sedunia, Mitigasi Konflik dengan Manusia Harus Lebih Masif

Renatha Swasty • 12 Agustus 2025 13:53
Jakarta: Hari Gajah Sedunia yang diperingati setiap tanggal 12 Agustus masih menyisakkan sejumlah persoalan. Pakar konservasi satwa liar dari IPB University, Burhanuddin Masyud, menekankan pentingnya upaya mitigasi konflik antara manusia dan gajah. 
 
Ini menyusul insiden anak gajah mati tertabrak truk di Perak, Malaysia serta kasus serupa di Tol Pekanbaru–Dumai, Indonesia beberapa waktu lalu. Kedua kasus tersebut menjadi peringatan tingginya risiko akibat tumpang-tindih antara habitat satwa liar dan infrastruktur manusia.
 
“Respons induk gajah menyerang truk yang menabrak anaknya menunjukkan insting alami dan ikatan sosial kuat pada gajah. Secara umum, gajah dikenal sebagai satwa liar dengan insting perlindungan tinggi terhadap anaknya,” ujar Burhanuddin, Selasa, 12 Agustus 2025. 

Burhanuddin mengatakan konsep koeksistensi manusia dan gajah seperti di koridor Pekanbaru–Dumai merupakan bentuk konservasi realistis yang dapat dikembangkan. Pendekatan ini integratif, apalagi gajah dekat dengan manusia. 
 
"Contohnya, penggunaan gajah jinak untuk mengendalikan gajah liar sekaligus diintegrasikan dengan wisata, " tutur dia. 
 
Ia juga mengapresiasi pembangunan terowongan lintasan gajah di Tol Pekanbaru–Dumai sebagai solusi konkret mitigasi konflik. Dia mengatakan gajah memiliki pola pergerakan alami berulang sesuai musim.
 
"Sehingga infrastruktur seperti ini penting untuk direplikasi di lokasi lain," ujar dia. 
 
Baca juga: Gajah, Sang Penolong yang Terlupakan di Tsunami Aceh 

Burhanuddin mengatakan risiko serupa juga ditemukan di jalan lintas Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, yang menghubungkan Provinsi Lampung dan Bengkulu. Dia menunjukkan hasil penelitian disertasi mahasiswa bimbingannya terkait model pengembangan "hidup berdampingan" di wilayah Aceh. 
 
Penelitian tersebut merumuskan rekomendasi pendekatan mitigasi konflik gajah yang masuk areal perkebunan masyarakat. Hasi riset menunjukkan, masyarakat dapat memilih tanaman perkebunan berbasis preferensi gajah. 
 
"Secara budaya, kerusakan tanaman oleh gajah bisa dianggap sebagai ‘amal sholeh’, selama tidak menimbulkan kerugian ekonomi signifikan,” kata dia. 
 
Burhanuddin menekankan pentingnya kebijakan mitigasi sistematis dan kolaboratif. Ia merekomendasikan dua langkah prioritas, yakni implementasi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2024 tentang Areal Preservasi (koridor satwa) secara kolaboratif dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan.
 
Kedua, pengembangan pusat konservasi gajah sebagai lembaga konservasi eks situ yang berfungsi untuk pelestarian sekaligus wisata edukasi. Dia menegaskan pelestarian gajah Sumatera yang kini terancam punah hanya dapat dicapai melalui pendekatan kolaboratif dan inovatif.
 
“Konservasi tidak boleh berdiri sendiri. Kita harus mampu menyelaraskan pembangunan dan kelestarian alam secara seimbang,” tegas Burhanuddin. 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan