"Program POP adalah semacam sayembara, semacam prototyping mengenai bagaimana jurus-jurus yang dimiliki berbagai macam organisasi di Indonesia, apakah bisa berhasil meningkatkan numerasi dan literasi di Indonesia," kata Nadiem dalam rapat kerja bersama Komisi X DPR secara virtual, Kamis, 27 Agustus 2020.
Nadiem menyatakan, banyak terjadi salah paham di tengah masyarakat terkait POP. Nadiem menekankan, POP bukan program afirmasi. Organisasi masyarakat (ormas) di bidang pendidikan dipercaya menggunakan dana pemerintah untuk mengembangkan dunia pendidikan di sekolah.
Baca: Nadiem Tunda Penyelenggaraan POP, Ini Alasannya
Konsep sayembara yang dimaksud Nadiem ialah program yang mengajak para ormas untuk mengimplementasikan program peningkatan kualitas pendidikan. Dia ingin mengadopsi program-program yang dilakukan para peserta POP untuk kemudian diimplementasikan oleh Kemendikbud.
"Nantinya, program yang sukses untuk meningkatkan kualitas pendidikan akan digunakan oleh Kemendikbud. Model-model (program) itu yang akan dipelajari dan dipetik serta diambil oleh Kemendikbud menjadi suatu kebijakan nasional jika sukses," ujar Nadiem.
Nadiem meminta maaf jika terjadi banyak kekeliruan di masyarakat terkait POP. Bahkan tiga organiasi besar seperti Pengurus Besar Nadlatul Ulama (PBNU), Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), sempat mempermasalahkan program turunan dari Merdeka Belajar itu.
"Jadi ini mungkin salah kami di Kemendikbud, kurang melakukan sosialisasi dan menjelaskan ini adalah sayembara model, kami akan mengakuisisi model inovasi baru," ungkap Nadiem.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
                    Google News
                
            Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
 
   
	 
											 
											 
											