Plt. Dirjen Diktiristek Kemendikbudristek, Nizam. Foto: Zoom
Plt. Dirjen Diktiristek Kemendikbudristek, Nizam. Foto: Zoom

Pemerintah Kaji Skema Student Loan yang 'Ramah' dan Antigagal Bayar

Citra Larasati • 06 Maret 2024 14:36
Jakarta:  Pemerintah melalui Kementerian Keuangan tengah mengkaji skema student loans yang ramah peminjam.  Diharapkan pinjaman tersebut tidak menyebabkan lulusan perguruan tinggi dijerat utang hingga gagal bayar.
 
Salah satu skema student loans yang dikaji intens yakni Income Contingent Loans yang diterapkan di Australia, yang juga direplikasi di Inggris dan beberapa negara lain.
 
“Mudah-mudahan dengan skema tersebut, akses ke perguruan tinggi tidak lagi terkendala kemampuan ekonomi orangtua,” kata Plt. Dirjen Pendidikan Tinggi, Kemendikbudristek, Nizam, di acara bincang edukasi secara hybrid bertajuk Mengupas Skema Terbaik dan Ringankan Pendanaan Mahasiswa di Universitas Yarsi yang digagas Study Club Edukasi Media Peliput Akademi (CEMPAKA) berkolaborasi dengan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. di Jakarta, Selasa, 6 Maret 2024.

Sebelumnya sempat viral, Institut Teknologi Bandung (ITB) memfasilitasi mahasiswanya yang menunggak uang kuliah tunggal (UKT) untuk memanfaatkan jasa keuangan pinjaman online.  Tak hanya viral, apa yang dilakukan ITB ini bahkan menuai kontroversi masyarakat dan para pemerhati pendidikan.
 
Nizam mengungkapkan, sejatinya akses pendidikan tinggi di Indonesia beberapa dasawarsa terakhir terus meningkat.  Namun di sisi lain, masyarakat mengeluhkan biaya di perguruan tinggi yang dianggap mahal. 
 
“Di seluruh dunia, pendidikan tinggi pun tidak murah. Jika dibandingkan dengan berbagai negara tetangga, apalagi dengan negara maju, di Indonesia relatif rendah atau tertinggal,” kata Nizam.

Biaya Pendidikan di Berbagai Negara

Lebih lanjut Nizam memaparkan, dari berbagai data yang dikompilasi, menunjukkan rata-rata biaya total pendidikan Indonesia sekitar 2.000 dollar AS atau sekitar Rp 28 juta/mahasiswa. Jika dibandingkan India yang berkisar 3.000 dolar AS, biaya di Indonesia berkisar 75 persennya.
 
Jika dibandingkan Malaysia baru seperempatnya karena biaya kuliah di sana sekitar 7.000 dolar AS/mahasiswa. Di Singapuara mencapai 25.000 dolar AS, sedangkan di Australia berkisar 20.000 dolar AS, dan Amerika 23.000 dolar AS. 
 
Di negara Skandinavia, biaya pendidikan memang ditanggung negara, karena masyarakat membayar pajak penghasilan tinggi. Adapun di Indonesia, pembayaran pajak masih rendah.  
“Pembiayaan pendidikan secara gotong royong, dilakukan di Indonesia dan juga negara-negara maju.  Ada subsidi pemerintah dan dari mahasiswa,” ujar Nizam. 
 
Nizam menyebut model pendanaan kuliah berkeadilan diterapkan bagi mahasiswa, sesuai kemampuan ekonomi keluarga. Bahkan untuk mahasiswa dari keluarga miskin/tidak mampu ada Kartu Indonesia Pintar (KIP ) Kuliah yang anggarannya lebih dari Rp 13 triliun.
 
“Namun, ada tantangan bagi  kelompok masyarakat menengah. Untuk membiayai kuliah berat,  tapi tidak eligble mendapat KIP Kuliah. Untuk itu, kita perlu mencari skema pendanaan yang baik, yang tidak membuat mahasiswa terjerat utang seumur hidup,” ujar Nizam.
 
Baca juga:  PTN Diharapkan Kreatif Sediakan Pendanaan untuk Bantu UKT Mahasiswa

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan