Lulusan Program Studi Sastra Arab, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) UI, Raditya Arief Putrasetiawan. DOK UI
Lulusan Program Studi Sastra Arab, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) UI, Raditya Arief Putrasetiawan. DOK UI

Tunanetra Tak Halangi Radit Raih Mimpi, Lulus Cum Laude dari UI

Renatha Swasty • 04 Maret 2024 10:09
Jakarta: Raditya Arief Putrasetiawan membuktikan keterbatasan fisik bukan halangan menggapai cita-cita. Radit yang terlahir dalam kondisi tunanetra berhasil menamatkan pendidikan sarjana di Universitas Indonesia (UI) dengan predikat Cum Laude.
 
Lulusan Program Studi Sastra Arab, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) itu lulus dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,84 dalam waktu 3,5 tahun. Radit mengaku prestasi yang diraihnya tidak terlepas dari support system di sekitarnya, seperti keluarga, kampus, dan teman-teman.
 
"Selama menjalani proses pembelajaran, kendala akan selalu ada, apalagi bagi saya yang tunanetra. Namun, berkat support system yang oke, dosen dan teman-teman yang banyak membantu, kendala-kendala tersebut bisa teratasi," ujar Radit saat upacara Wisuda Tahun Akademik Semester Gasal 2023/2024 dalam keterangan tertulis Senin, 4 Maret 2024.

Radit menyebut perkembangan teknologi digital saat ini memudahkannya mengakses materi pembelajaran. Sebab, bahan-bahan perkuliahan yang berbentuk teks dapat dikonversikan ke dalam audio.
 
Hal itu tentu saja memudahkan teman-teman tunanetra saat belajar. Selain itu, banyak e-book dan artikel di berbagai jurnal yang tersedia di perpustakaan untuk membantunya menyelesaikan tugas kuliah dan penelitian tugas akhir.
 
Radit mengangkat topik Minat dan Motivasi Penyandang Tunanetra dalam Pembelajaran Bahasa Arab pada penelitiannya. Menurutnya, sekarang makin banyak penyandang tunanetra memiliki ketertarikan pada bahasa.
 
Mereka menganggap peran bahasa penting, terutama sebagai modal mendapatkan prospek kerja yang lebih baik. Radit menyebut bahasa Arab banyak diminati karena keindahan struktur dan keunikan bahasa.
 
Selain itu, bagi tunanetra muslim ada keinginan kuat untuk dapat membaca, menghafal, dan memahami Al-Qur'an langsung dari sumbernya. Namun, masih ada teman-teman tunanetra takut menempuh pendidikan umum mengingat banyaknya kendala pada akses pembelajaran bagi disabilitas.
 
Ketakutan tersebut akhirnya terbantah dengan keberhasilan Radit. Dia mampu membuktikan penyandang disabilitas dapat bersaing dan berprestasi.
 
Keberhasilannya membangkitkan rasa haru sekaligus rasa bangga sang ibunda yang turut mendampingi saat prosesi wisuda. Ibu Nira, sapaan akrabnya, bercerita perjuangan anaknya menempuh pendidikan formal.
 
"Banyak sekali perjuangan yang ditempuh hingga ada di titik ini. Dari dia yang tidak bisa sampai dia berusaha. Saya terus mengatakan, Kamu bisa. Alhamdulillah, dia mau berusaha," kata Bu Nira.
 
Bu Nira mengungkapkan Radit sangat menyukai mata pelajaran Matematika dan Fisika. Namun, sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA), mimpinya terhenti.
 
Kondisi fisik menghalanginya menempuh pendidikan di bidang sains dan teknologi. Meski begitu, Radit tak patah arang. Ia tetap memaksimalkan nilai-nilai mata pelajaran sosial, sehingga dapat masuk UI melalui SNMPTN jalur undangan.  
 
Dengan prestasi ini, Bu Nira berharap Radit dapat terus melanjutkan mimpi-mimpinya. Dia juga berharap akses pendidikan dan pekerjaan di Indonesia untuk disabilitas semakin terbuka.
 
Sehingga, mereka tidak perlu jauh-jauh ke luar negeri untuk mendapatkan pekerjaan. Bu Nira percaya di luar sana banyak anak-anak disabilitas yang juga berkompetensi dan mampu bersaing di bidang apa pun, asalkan mereka diberi kesempatan yang sama untuk memiliki akses dalam mengembangkan diri.
 
Baca juga: Kisah Dhani, Kejar Mimpi Jadi Dokter Gigi dengan Satu Kaki hingga Raih LPDP di Jerman 

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan