Dirjen pendidikan vokasi kemendikbudristek, Kiki Yuliati. Foto: Kemendikbudristek
Dirjen pendidikan vokasi kemendikbudristek, Kiki Yuliati. Foto: Kemendikbudristek

Bidik Peningkatan Mutu Vokasi di Industri Kreatif, Ini Strategi Kemendikbudristek

Citra Larasati • 21 November 2023 18:56
Jakarta:  Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) berkomitmen mendukung pengembangan industri kreatif di Indonesia. Berbagai strategi telah disiapkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan vokasi bidang tersebut, di antaranya melalui Merdeka Belajar serta penyelenggaraan pendidikan vokasi berbasis dual system atau sistem ganda.
 
Di bawah payung kebijakan Merdeka Belajar, satuan-satuan pendidikan vokasi mulai dari sekolah menengah kejuruan (SMK), perguruan tinggi vokasi (PTV), hingga lembaga kursus dan pelatihan (LKP) terus beradaptasi dengan berbagai keilmuan di bidang kreatif, seperti produksi konten game, komik, film, musik, dan lainnya. Ribuan hingga jutaan talenta vokasi bidang industri kreatif diberikan kesempatan untuk lebih mengeksplorasi industri kreatif melalui pendidikan vokasi sistem ganda yang terus ditekankan di satuan-satuan pendidikan vokasi.
 
Berbicara dalam forum Merdeka Innovation Summit 2023, Direktur Jenderal (Dirjen) Pendidikan Vokasi, Kemendikbudrisetek, Kiki Yuliati, mengatakan bahwa sesuai arahan Presiden Joko Widodo, Kemendikbudristek berkomitmen mendorong industri kreatif di berbagai bidang dengan melahirkan talenta-talenta di bidang tersebut. Setidaknya ada tiga jalur pendidikan vokasi yang telah disiapkan, yakni melalui level pendidikan menengah, pendidikan tinggi, serta kursus dan pelatihan. 

“Saat ini ada lebih dari 3.329 dari 14.478 SMK di Indonesia yang menangani bidang industri kreatif dan hampir 339.279 siswa SMK yang saat ini sedang belajar di bidang-bidang yang terkait dengan industri kreatif seperti boga, multimedia, dan sebagainya,” kata Kiki di Jakarta, dalam siaran persnya di Jakarta, Selasa, 21 November 2023.
 
Selain itu, lanjut Kiki, ada sekitar 13.432 LKP yang bergerak untuk mendukung industri kreatif serta sekitar 21 ribu mahasiswa yang saat ini belajar untuk mendukung sektor industri kreatif di berbagai bidang.  Secara khusus dan spesifik, Kemendikbudristek, lanjut Kiki, juga  dituntut untuk melahirkan lebih dari 10 juta talenta digital sampai 2024.
 
Talenta-talenta digital tersebut nantinya dipersiapkan untuk mendukung industri kreatif, termasuk untuk memperkuat industri game dan cyber security. 
 
Mengingat industri kreatif yang begitu dinamis, Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi juga telah menyiapkan sejumlah strategi untuk memperkuat pendidikan vokasi agar tetap kontekstual dan relevan dengan perkembangan industri kreatif yang begitu dinamis. 
 
“Di bawah Merdeka Belajar, pertama, kita menyesuaikan kurikulum. Berkolaborasi dengan industri kita punya PBL (project based learning), teaching factory. Kita menyelenggarakan pembelajaran-pembelajaran yang sangat kontekstual dengan mengerjakan PBL bersama industri,” ujar Kiki. 
 
Menurut Kiki, melalui skema teaching factory, saat ini banyak SMK ataupun politeknik di Indonesia yang memiliki fasilitas laboratorium sekelas rumah produksi yang digunakan untuk menyelesaikan proyek-proyek seperti animasi bersama industri.
 
“Kami juga mengundang praktisi untuk mengajar serta mendorong peningkatan kesempatan bagi mahasiswa vokasi untuk mendapatkan sertifikat kompetensi,” kata Kiki. 
 
Transformasi kurikulum juga dilakukan dengan mengadopsi kurikulum vokasi sistem ganda, di mana model pendidikan vokasi ini memberikan porsi yang berimbang antara pendidikan di kelas dengan praktik langsung di industri. Dengan demikian, diharapkan lulusan yang dihasilkan bisa tetap relevan dengan kebutuhan industri, dalam hal ini adalah industri kreatif.
 
“Jadi, misalnya mereka D-4, empat tahun maka dua tahunnya mereka bisa bersama-sama industri. Jadi, anak didik kita didik bersama di industri,” ujar Kiki.
 
Dari sisi pengajar, Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi juga memiliki unit pelaksana teknis (UPT) atau balai-balai vokasi untuk melakukan upskilling dan reskilling bagi para guru, instruktur, maupun dosen-dosen vokasi. 
 
“Tapi khusus untuk dosen, kami lebih mendorong untuk pelatihan maupun sertifikasi di industri maupun di kampus-kampus di luar negeri,” ujar Kiki.
 
Sementara itu, dalam sesi forum yang sama, Director of Business Development YG Entertainment dan Executive Director, Encast Co. Ltd, Charlie Cho mengatakan, sebagaimana Korea Selatan, Indonesia juga memiliki kekuatan ekonomi kreatif yang cukup besar. Meskipun demikian, hal tersebut memerlukan kerja keras dan kemauan yang kuat serta kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan untuk mengembangkan potensi besar tersebut.
 
Hal tersebut setidaknya seperti yang dilakukan Korea Selatan untuk membangun industri kreatif di negara tersebut.  Menurut Charlie, keberhasilan Korea Selatan dalam membangun industri kreatif tidak dilakukan dalam waktu singkat dan membutuhkan kolaborasi dan banyak faktor pendukung.
 
Menurutnya, negeri ginseng tersebut telah gencar mendorong kemajuan industri kreatif sejak dua puluhan tahun lalu.
 
Baca juga: Ini 3 Prodi Terpopuler di Vokasi UI, Masa Tunggu Kerjanya 'Nol Bulan'


 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan