Kuliah umum ini menghadirkan seorang pakar di bidangnya, Direktur Program dan Pengembangan Metro TV, Agus Mulyadi. Kepala Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UNS, Sri Hastjarjo menyampaikan, bahwa kuliah umum komunikasi ini adalah event pertama yang merupakan implementasi perjanjian kerja sama antara UNS dengan Metro TV.
“Ada banyak kegiatan di dalam perjanjian kerja sama ini, salah satunya kuliah pakar. Jadi nanti teman-teman Metro TV akan menyediakan narasumber pakar atau praktisi untuk membantu kita aktif materi perkuliahan ataupun nanti diskusi dengan teman-teman dosen untuk bisa update, terutama tentang penyiaran televisi,” jelasnya, dalam siaran pers, Sabtu, 26 Maret 2022.
Mewakili fakultas, Wakil Dekan Bidang Akademik, Riset, dan Kemahasiswaan, Prahastiwi Utari sangat mengapresiasi kegiatan yang dilakukan oleh Prodi Ilmu Komunikasi. Prahastiwi berharap nantinya bisa memberikan inspirasi untuk mahasiswa, baik dari prodi S1 Ilmu Komunikasi maupun D3 Komunikasi Terapan, dan masyarakat umum yang hadir dalam acara ini.
“Saya berharap materi yang disampaikan ini memberikan inspirasi untuk mahasiswa Komunikasi melihat kondisi kekinian dari industri pertelevisian. Karena ini adalah bagian dari mimpi kalian yang harus diwujudkan,” tutur Prahastiwi.
Memasuki sesi pemaparan materi, Agus menegaskan sebelum mengetahui bagaimana industri pertelevisian dapat bertahan di tengah revolusi media, perlu dipahami terlebih dahulu perbedaan televisi dahulu dengan sekarang. Di antara perbedaan yang menonjol adalah teknologi siarannya.
“Televisi dulu menggunakan siaran analog, seperti Megaherz, UHF, dan terbatas pada kualitas siarannya dan jarak siarannya. Sekarang beralih pada siaran digital, bukan berarti siaran online. Namun siaran dengan pendekatan kualitas HD, yang mana kualitasnya lebih bagus dan jernih. Di tahun ini sudah masuk transisi mulai menghentikan siaran analog,” ungkap Agus.
Baca juga: Sah, UNS Tambah Dua Fakultas Baru
Televisi tidak hanya bersaing dengan sesama televisi, tetapi televisi sudah bersaing lintasplatform. Dari data 11 kota besar di Indonesia, internet adalah media tertinggi setelah televisi karena kenaikan kepemilikan smartphone. Dengan adanya disrupsi media ini, industri pertelevisian harus mengubah cara berperilaku. Di antaranya, berkompetisi dengan lebih sengit, mengembangkan monetizing, membangun kepemirsaan dan mengerti keinginan pemirsa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News