"Problem kita (pondok pesantren) adalah tidak kuat secara ekonomi. Tidak pernah atau belum pernah ada untuk menguatkan ekosistem ekonomi pesantren yang mensinergikan seluruh pesantren," ujar Yaqut saat bertemu kiai muda se Jawa di Pondok Pesantren Al Hikamussalafiyah Cipulus, Wanayasa, Purwakarta, dalam keterangan tertulis, Senin, 29 Mei 2023.
Yaqut menyoroti banyak program pemberdayaan ekonomi hanya dilakukan parsial di masing-masing pesantren, bukan dalam jejaring. Dia meminta pondok pesantren tidak bergerak sendiri.
"Jangan lagi main sendiri-sendiri. Ini yang harus diubah. Padahal, kalau saling bersinergi, pesantren sangat potensial menjadi raksasa ekonomi baru di Indonesia," ujar Yaqut.
Dia mengatakan potensi perputaran ekonomi di dalam aktivitas pesantren amat besar. Berdasarkan data Kemenag, saat ini terdapat hampir 32 ribu pondok pesantren dengan lebih dari empat juta santri.
Yaqut menyebut apabila dihitung kasar, semua aktivitas ekonomi dalam lingkungan pesantren seluruh Indonesia nilainya bisa mencapai Rp200 miliar per hari. Apabila diakumulasi, bisa mencapai Rp72 triliun per tahun.
"Tapi kemana ini sekarang? Siapa yang menikmati? Saat ini yang menikmati ya industri-industri besar seperti produk mi instan, sabun, dan lain-lain," tutur dia.
Yaqut berharap pengelola pesantren memiliki kepekaan tinggi. Dia meminta gus-gus, ajengan, dan kiai muda mulai bersinergi membangun pesantren bersama-sama.
"Saya berharap, misalnya, nanti ke depan, kalau masuk di pesantren, tidak ada lagi tuh kacang kulit kemasan merk pabrik ternama. Tapi ada kacang goreng produksi pesantren sendiri," sambung Gus Men.
Yaqut memastikan Kementerian Agama siap memberikan dukungan terhadap upaya-upaya peningkatan ekosistem ekonomi pesantren. "Ada program-program kemandirian pesantren yang siap mendukung perekonomian pesantren," tegas Yaqut.
Baca juga: Menag Janji Terus Tingkatkan Anggaran untuk Pesantren |
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News