SeSaMa dirintis oleh Pusat Kajian Resolusi Konflik dan Pemberdayaan atau Centre for Alternative Dispute Resolutions, Regulation and Policy Analysis and Community Empowerment (CARE) sejak 2020. Inovasi ini dilahirkan oleh Prof Sumardjo (Fakultas Ekologi Manusia), Dr Agit Kriswantriyono (CARE), Prof Didik Suharjito (Fakultas Kehutanan dan Lingkungan), Dr Dahri Tanjung (Sekolah Vokasi), serta tim peneliti CARE IPB University.
Sumardjo menjelaksan kurikulum utama SeSaMa mencakup wawasan lingkungan, metode pengelolaan sampah mandiri, teknologi pengolahan sampah alternatif, pengenalan biopori, budi daya maggot, pengembangan kelembagaan dan organisasi, serta marketing produk sampah. SeSaMa mengolaborasikan kegiatan sosialisasi, pelatihan, studi banding, inisiasi kelompok, pendampingan hingga monitoring evaluasi melalui lomba di akhir program.
"Program ini juga membuka peluang kemitraan masyarakat dengan berbagai pihak dalam pelaksanaan kegiatan hingga pemasaran produk-produk yang dihasilkan. Hal ini dilakukan dalam rangka menjaga keberlanjutan program,” kata Sumardjo dalam keterangan tertulis, Selasa, 3 Oktober 2023.
Sumardjo berharap SeSaMa menjadi solusi pengurangan sampah yang telah menjadi masalah di berbagai wilayah. Dia mengatakan keberhasilan pengurangan sampah sangat tergantung dari kesadaran masyarakat sebagai sumber penghasil sampah untuk berpartisipasi dalam gerakan pengelolaan sampah.
Dia menekankan membangun kesadaran dan partisipasi menjadi kunci penting dalam program SeSaMa. Dia juga berharap program ini akan terus menyebar ke wilayah lain sehingga semakin banyak masyarakat terlibat.
Salah satu inisiator SeSaMa, Agit Kriswantriyono, menyampaikan program ini telah berhasil melahirkan kader-kader lingkungan yang diharapkan menjadi technosociopreneur dalam pengelolaan sampah. Hasil lainnya di Kelurahan Kebalen, Bekasi, Jawa Barat sebagai pilot project mampu meningkatkan partisipasi masyarakat yang terdiri atas 250 Rukun Tetangga (RT) dan 29 Rukun Warga (RW).
“Selama 2020-2023, sampah yang terkelola oleh bank sampah di Kebalen lebih dari 55,13 ton. Nilai economic circular atau pendapatan bank sampah mencapai Rp124.642.441,” papar dia.
Selain itu, terdapat minimal delapan jenis produk daur ulang, seperti tas plastik, masker, pupuk kompos, pupuk organik cair (POC), mol, ekoenzim, maggot dan pot plastik. Ada pula beragam produk olahan pangan hasil kebun masyarakat.
“Melalui program ini, terbentuk delapan bank sampah. Saat ini, terus dilakukan penguatan dan sedang dalam proses pembentukan Ikatan Bank Sampah Kebalen. Kami juga memberikan apresiasi melalui lomba kebersihan di Kabupaten Bekasi,” ujar Aigit.
Baca juga: Himagreto IPB Latih Warga Desa Pulosari Ubah Sampah Sayuran Jadi Sabun Ecoenzyme |
Kuliah di kampus favorit dengan beasiswa full kini bukan lagi mimpi, karena ada 426 Beasiswa Full dari 21 Kampus yang tersebar di berbagai kota Indonesia. Info lebih lanjut klik, osc.medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News