Rektor Unair, Mohammad Nasih mengatakan, pelayanan tes cepat tersebut dilakukan lebih awal dari jadwal UTBK gelombang dua yang baru dilaksanakan pada 20 Juli 2020.
"Dimohon untuk segera melaksanakan tes cepat, jadi saat mau ujian sudah siap ke lokasi. Misalnya reaktif, peserta bisa segera melakukan tes usap dan menjadwal ulang UTBK jika memungkinkan," ujar Nasih, Selasa, 14 Juli 2020.
Nasih menyatakan, pelayanan tes cepat ini dilakukan untuk memberikan fasilitas bagi peserta UTBK yang kesulitan tes cepat di daerah asalnya. Apalagi Unair baru mendapat 1.500 alat tes cepat tambahan dari Pusat Pengelolaan Dana Sosial (Puspas) Unair.
"Masih sisa alat tes cepat mencapai 2.000 model antibodi. Kami sangat berterima kasih atas kontribusi berbagai pihak sehingga UTBK tahap satu bisa diselesaikan dengan lancar," ucapnya.
Baca juga: Kuota Mahasiswa Baru Universitas Brawijaya Turun 9 Persen
UTBK gelombang dua di Surabaya, kata dia, merupakan peserta limpahan dari pusat UTBK Universitas Negeri Surabaya (Unesa) yang batal menggelar UTBK, serta sejumlah peserta yang melakukan penjadwalan ulang karena hasil tes cepat reaktif.
"Kami harapkan kehadirannya lebih tinggi lagi untuk gelombang kedua ini," kata Nasih.
Sementara itu, secara nasional kehadiran peserta UTBK gelombang pertama hingga Senin, 13 Juli 2020 mencapai 491.188 peserta atau 93,02 persen dari 528.037 peserta yang terdaftar.
Di pusat UTBK Surabaya, rata-rata kehadiran peserta gelombang pertama di atas 91 persen, dengan rincian kehadiran peserta gelombang pertama di Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jatim yaitu 5.431 peserta atau 92,38 persen, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) 6.166 peserta atau 91,62 persen, dan Unair 11.773 atau 91,08 persen.
Ketua UTBK Unair, Junaedi Khotib menjelaskan, penjadwalan ulang dilakukan bagi peserta yang telah menunjukkan tes cepat dengan hasil reaktif dan tes usap dengan hasil negatif.
"Rata-rata yang reaktif, biasanya sudah fit. Jadi harus menyiapkan diri dengan kondisi dan stamina yang fit terus," katanya.
Meskipun dalam keadaan fit peserta tetap diharuskan menjalani isolasi selama 14 hari sehingga jika di gelombang kedua ditemukan peserta reaktif, kemungkinan tidak akan bisa dijadwalkan ulang UTBK.
"Iya otomatis gugur kalau gelombang kedua tes usapnya positif. Karena tidak ada waktu lagi untuk ujian. Sementara sangat berisiko jika kami menyiapkan rungan khusus untuk peserta yang reaktif," tuturnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News