Berdasarkan hasil peluruhan radioaktif uranium dan mineral lainnya, lukisan itu berusia antara 35.100 sampai 43.900 ribu tahun. Penanggalan radiokarbon dilakukan oleh University of Queensland's Radiogenic Isotope Facility.
Lukisan ini ditemukan Tim Penelitian Arkeolog, hasil kolaborasi antara Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Balitbang Kemendikbud, dan Griffith University, Australia. Penemuan ini juga didukung Badan Arkeologi Makassar dan Balai Pelestarian Cagar Budaya Makassar.
Lukisan menggambarkan adegan sekelompok figur setengah manusia dan setengah hewan(Therianthropes) yang berburu hewan mamalia besar dengan tombak dan tali.
"Pemburu yang digambarkan pada dinding Gua Leang Bulu Sipong 4 ini adalah sosok sederhana dengan tubuh seperti manusia. Berkepala manusia dan bagian tubuh lainnya berasal dari burung, reptil, dan spesies endemik Sulawesi lainnya," kata salah satu anggota tim peneliti, Oktaviana, di Gedung Kemendikbud, Jakarta, Kamis, 12 Desember 2019.
Oktaviana menuturkan Therianthropes ini digambarkan sedang menangkap enam mamalia yang melarikan diri. Terdiri atas dua ekor babirusa dan empat anoa. Menariknya, kata dia, beberapa tokoh menangkap hewan berbahaya ini dengan tali panjang.
Professor Maxime Aubert dari Place menjelaskan bahwa lukisan sederhana ini mengalami perkembangan menjadi karya seni artistik yang lebih canggih. Ditandai dengan munculnya motif kuda dan hewan lainnya. Aubert mengatakan lukisan ini amat jarang ditemukan hingga sekitar 20 ribu tahun lalu.
"Keberadaan lukisan gua di Leang Bulu Sipong 4 ini memberikan pengetahuan bahwa tidak ada evolusi seni dari simpel menjadi kompleks pada 35 ribu tahun lalu, paling tidak di Asia Tenggara," kata Aubert.
Sementara itu, mitra peneliti Adam Brumm dari ARCHE menjelaskan Therianthropes ada di dalam cerita rakyat atau cerita fiksi pada masyarakat modern. Therianthropes ada di semua tempat dan digambarkan seperti tuhan, roh, maupun perwujudan leluhur di semua agama.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News