“Jika generasi muda kita tidak produktif, hal ini justru akan membuat demografic disaster. Diharapkan anak muda dapat memberikan sumbangsih terhadap perekonomian bangsa,” ujar Emil dalam Simposium Demokrasi bertajuk Demokrasi dan Kontentasi: Peran Pemuda dalam Menjaga Integritas Politik Bangsa yang digelar BEM Universitas Airlangga (Unair) dikutip dari laman unair.ac.id, Rabu, 28 Desember 2022.
Emil menuturkan tantangan terbesar menghadapi bonus demografi ialah menjadi penduduk produktif atau menambah angka pengangguran, kemiskinan, dan kesenjangan. Dia menyebut Indonesia dapat belajar dari Jepang dan Korea Selatan yang lebih dahulu menghadapi bonus demografi.
Dia mengatakan hal yang dapat diantisipasi ialah pembangunan kepemudaan. Terdapat lima hal yang harus diperhatikan, yaitu pendidikan, kesehatan, kesempatan kerja, kepimpinan, gender, dan diskriminasi.
Emil menjelaskan dulu dengan modal ijazah bisa mendapatkan pekerjaan mapan. Namun, zaman sekarang lebih kompetitif dan mesti memiliki soft skill karena mayoritas kini tak hanya memandang dari technical skill saja, salah satunya, aktif berorganisasi.
Dia mengatakan dalam berorganisasi bisa mendapatkan leadership skill, negotiation skill, dan communication skill. Hal itu sangat dibutuhkan terutama dalam demokrasi dan politik.
Emil menyebut dengan memiliki soft skill dapat menunjukkan kematangan dalam menilai pemimpin bangsa. Dia menegaskan menjadi pemimpin tidak hanya sekadar memerintah tetapi dapat menggerakkan.
“Dengan ini diharapkan di masa mendatang tiap pemuda dapat menjadi agen perubahan, pembaharuan dan pembangunan bangsa, serta kritis dalam permasalah yang terjadi khususnya politik,” tegas dia.
Baca juga: Pengertian Demografi: Faktor, Manfaat, dan Contoh |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News