Penulis dan pendiri Rumah Baca Buku Sunda (RBSS) Mamat Sasmita. DOK Unpad
Penulis dan pendiri Rumah Baca Buku Sunda (RBSS) Mamat Sasmita. DOK Unpad

Mampu Mengolah Teknologi Tradisional Jadi Kunci Kebudayaan Sunda Eksis Hingga Saat Ini

Renatha Swasty • 04 April 2022 16:31
Jakarta: Orang Sunda sejak zaman dahulu sudah banyak menggunakan berbagai macam teknologi tradisional yang dikembangkan dari hal-hal di sekelilingnya. Teknologi ini mendorong orang Sunda tetap bertahan dan eksis menjadi salah satu kebudayaan di Indonesia.
 
“Ada ketahanan diri dan masyarakat Sunda yang membuat bertahan. Salah satunya menguasai teknologi yang ada di sekelilingnya,” kata penulis dan pendiri Rumah Baca Buku Sunda (RBSS) Mamat Sasmita saat menjadi pembicara pada Keurseus Budaya Sunda “Teknologi Tradisional Urang Sunda” yang digelar Pusat Digitalisasi dan Pengembangan Budaya Sunda Universitas Padjadjaran (Unpad) dikutip dari laman unpad.ac.id, Senin, 4 April 2022.
 
Sasmita menjelaskan teknologi tradisional tersebut terdiri dari berbagai alat atau keterampilan yang dikembangkan dari bahan-bahan di sekeliling masyarakat Sunda. Suatu alat atau keterampilan akan menjadi teknologi apabila sudah digunakan masyarakat dalam jumlah banyak dan menjadi kebiasaan turun temurun.

Salah satu teknologi itu kemampuan menyalakan api. Meski saat ini mudah menyalakan api, namun api berperan penting dalam peradaban masyarakat Sunda pada zaman lampau.
 
Sasmita menyebut tidak heran orang Sunda memiliki ilmu untuk menyalakan api. Hal ini terlihat dari berbagai temuan artefak dari peninggalan masyarakat prasejarah di beberapa wilayah di Jawa Barat.
 
Bahkan, istilah-istilah mengenai teknik menyalakan api juga terlihat dari beberapa cerita rakyat Sunda. Pada Kamus Umum Basa Sunda yang diterbitkan Lembaga Basa Sunda jeng Sastra (LBSS) ditemukan kata miruha yang berarti aktivitas menggosokkan dua bilah kayu hingga panas kemudian ditaburi kawul/rabuk untuk memantikkan api.
 
Hal ini menandakan miruha menjadi ilmu yang digunakan masyarakat Sunda lampau untuk menyalakan api. Sasmita mengatakan walaupun ilmu ini kerap ditemukan di wilayah lain, bahasa Sunda ternyata memiliki kata khusus untuk menyebutnya.
 
“Kita tidak tahu apakah bahasa Indonesia ada kata juga untuk mewakilkan aktivitas itu. Kalau tidak ada, ini bisa diusulkan untuk masuk ke KBBI,” kata Sasmita.
 
Teknologi lain kemampuan mengolah logam. Dalam catatan sejarah Thomas Stamford Raffles (1817) disebutkan penduduk di Pulau Jawa sudah dapat memanfaatkan besi untuk keperluan membuat bermacam perabot pertanian, senjata tajam, hingga perabotan lainnya.
 
Pada kebudayaan Sunda, aktivitas pengolahan logam disebut dalam naskah kuno, salah satunya Sanghyang Siksa Kandang Karesian. Dalam naskah tersebut disebutkan berbagai senjata atau perkakas yang dibuat dari bahan logam, seperti golok, keris, kala katri, hingga péso teundeut.
 
Sasmita menyebut kemampuan mengolah besi didukung dengan sumber daya alam yang dimiliki tanah Sunda. Di pesisir pantai Selatan Jawa Barat mengandung bijih besi yang menjadi bahan baku dalam pengolahan logam.
 
Potensi ini kemudian diolah oleh masyarakat Sunda lampau menjadi perkakas atau senjata berbahan logam. Sasmita menemukan hal itu dalam sejumlah cerita pantun Sunda, meski sampai saat ini belum ada penelitian yang mengungkap bagaimana orang Sunda bisa mengolah bijih besi.
 
“Cerita pantun ini tentu menjadi gambaran kemampuan orang Sunda. Tetapi ini perlu diteliti lebih lanjut,” kata Sasmita.
 
Baca: Lestarikan Budaya Sunda, Bupati Purwakarta Terima Penghargaan dari Kemendikbud
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan