"Intensitas investasi penelitian dan pengembangan di Indonesia jauh tertinggal jika dibandingkan dengan negara-negara industri maju," kata Ma'ruf dalam acara Indonesia Economic Outlook 2022 National Seminar, Senin, 7 Februari 2022.
Berdasarkan data UNESCO Institute for Statistics (UIS) Tahun 2018, pengeluaran domestik bruto untuk penelitian dan pengembangan atau gross domestic expenditure on research and development (Gerd) di Indonesia hanya sekitar 0,23 persen. Angka tersebut jauh lebih kecil dibandingkan dengan Korea Selatan, yang telah berinvestasi di sektor penelitian dan pengembangan sebesar 4,81 persen, Jepang 3,26 persen, dan Amerika Serikat 2,84 persen dari PDB pada 2018.
Nilai investasi bidang penelitian dan pembangunan di Indonesia yang terbatas itu terpengaruh dengan sedikitnya jumlah sumber daya manusia (SDM) peneliti. Dari sumber data serupa, jumlah peneliti setara penuh waktu di Indonesia hanya 216 orang per 1.000.000 jiwa penduduk.
Sementara itu, di beberapa negara telah mencapai lebih dari 1.000 peneliti. Di Cina, jumlah peneliti 1.307 orang per 1.000.000 penduduk, sementara Rusia terdapat 2.784 peneliti, Jepang 5.331 peneliti, dan Korea Selatan mencapai 7.980 peneliti.
Berdasarkan kecilnya nilai investasi dan sedikitnya jumlah peneliti di Indonesia tersebut, inovasi di Indonesia masih belum menjadi prioritas dalam pembangunan. "Implikasi dari faktor-faktor tersebut menyebabkan inovasi belum menjadi praktik keseharian dalam banyak lapangan kehidupan, khususnya di bidang ekonomi," ujar dia.
Baca: Wapres Ma'ruf Sayangkan Jumlah Peneliti Indonesia Masih Sangat Rendah
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News