Petugas mencari korban selamat di lokasi gempa bumi di kota Harim, Suriah, 6 Februari 2023. (Omar HAJ KADOUR / AFP)
Petugas mencari korban selamat di lokasi gempa bumi di kota Harim, Suriah, 6 Februari 2023. (Omar HAJ KADOUR / AFP)

Dosen Geologi UGM Ungkap Penyebab Kerusakan Parah dan Banyaknya Korban Meninggal Gempa Turki

Renatha Swasty • 08 Februari 2023 10:06
Jakarta: Gempa bumi dengan magnitudo 7,8 yang menghantam Turki mengakibatkan kerusakan parah dan banyaknya korban jiwa tak cuma di Turki tetapi juga Suriah. Sebanyak 7.800 orang meninggal dunia hingga Selasa malam, 7 Februari 2023 waktu setempat.
 
Dosen Geologi Universitas Gadjah Mada (UGM), Wahyu Wilopo, mengungkapkan penyebab kerusakan parah gempa Turki yang menyebabkan ribuan orang meninggal. Dia mengatakan magnitudo gempa yang cukup besar dan tingkat kedalaman pusat gempa yang dangkal menyebabkan risiko tingkat kerusakan bangunan begitu besar.
 
”Kerusakan gempa bumi sangat dipengaruhi oleh kekuatan gempa, durasi gempa, jarak gempa (jarak horizontal dan kedalaman) dari lokasi, kondisi tanah dan batuan di lokasi termasuk ada tidaknya jalur patahan dan kekuatan bangunan yang ada,” papar Wahyu dikutip dari laman ugm.ac.id, Rabu, 8 Februari 2023.

Wahyu menuturkan kerusakan juga dipengaruhi episentrum gempa di daerah daratan dan gempa besar terjadi bukan pada gempa pertama, namun pada kejadian gempa selanjutnya.
 
“Yang terjadi pada pukul 4.17 pagi dengan magnitude yang lebih rendah, kemudian terjadi gempa lagi pada pukul 4.28 dengan magnitude 6,7 dan pada pukul 13.24 siang terjadi gempa dengan magnitude paling besar 7,8,” tutur dia.
 
Wahyu menuturkan kejadian gempa berturut-turut dengan magnitude cukup besar ini akan lebih merusak dibandingkan dengan kejadian gempa yang hanya terjadi sekali. Atau gempa yang agak besar diikuti dengan gempa-gempa kecil.
 
“Masyarakat kita juga harus waspada terhadap gempa susulan, yang mungkin magnitudonya lebih besar dari gempa yang pertama seperti kasus yang terjadi di Turki ini atau di Lombok pada 2018,” kata dia.
 
Wahyu menuturkan banyaknya korban tewas karena gempa cukup besar berkali-kali akan menyebabkan keruntuhan. Meskipun, bangunan di Turki sudah lebih baik secara kekuatan dibandingkan dengan di Indonesia.
 
“Sebagian besar tipikal bangunan di Turki dibangun bertingkat bukan satu lantai, sehingga lebih rentan runtuh dan menimbulkan banyak korban,” jelas dia.
 
Wahyu menyebut Indonesia bisa memetik pelajaran dari gempa di Turki dan Suriah yakni dengan selalu waspada terhadap gempa bumi. Salah satu kewaspadaan dengan membangun bangunan tahan gempa.
 
Salah satunya, bangunan tahan gempa sederhana, RISBA, yang dikembangkan Teknik Sipil dan Lingkungan UGM. Selain itu, masyarakat juga harus memiliki rencana evakuasi mandiri bila terjadi gempa dengan mengenali tempat-tempat berlindung atau jalur evakuasi untuk menuju tempat aman.
 
Tak kalah penting, kata dia, memetakan sesar-sesar aktif sebagai pemicu terjadinya gempa bumi lebih detail untuk menginventarisasi daerah berpotensi terjadi gempa bumi. Sebab, pengembangan wilayah juga harus mengacu pada informasi bencana salah satunya gempa bumi, di mana harus ada rekomendasi kekuatan bangunan yang sesuai dengan ancaman gempanya.
 
Baca juga: WHO: 23 Juta Orang Bisa Terdampak Gempa Turki-Suriah

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan