Lalu, apakah belajar dari YouTube saja sudah cukup? Dosen Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Mochamad Nursalim, menyebut buku masih sangat relevan dan menjadi sumber belajar yang utama.
Dia menuturkan selain tepercaya, buku melewati beberapa tahap seleksi, validasi, editing, dan seterusnya. Buku juga menyajikan data dan informasi mendalam dan komprehensif.
Seperti latar belakang, rumusan masalah, faktor dan penjelasan, metode dan solusi, hingga kesimpulan dan referensi yang bisa ditelusuri. Buku bisa bermacam-macam, misalnya buku cetak, buku elektronik atau e-book, maupun jurnal-jurnal atau hasil riset yang tersedia di berbagai platform tepercaya.
"Akses bacaan atau sumber belajar sekarang sangat melimpah, tinggal kita yang manfaatkannya atau tidak," beber dia.
Nursalim menyebut internet atau media sosial tertentu termasuk sumber belajar. Banyak sekali hasil riset yang bisa diakses di internet. Podcast, diskusi, seminar, atau kuliah umum bisa disaksikan di YouTube.
Namun, mahasiswa harus pandai memilah dan memilih sumber belajar atau platform belajar yang tepat dan tepercaya untuk meningkatkan kapasitas keilmuan dan kompetensi. Sebab, semua orang bisa membuat konten, menulis, atau berpendapat di internet.
Nursalim menilai belajar di Youtube, mendengarkan orang diskusi atau podcast, hampir mirip seperti mahasiswa kuliah dan mendengarkan dosen mengajar di depan kelas atau di ruang daring. Hal itu bagus untuk menunjang belajar mahasiswa, terutama yang berkaitan dengan hal-hal praktis seperti tutorial melakukan sesuatu.
Namun, kata dia, ketika berkaitan dengan kompetensi dan keilmuan, mengandalkan belajar lewat YouTube saja tidak cukup. Apalagi, video podcast cenderung pendek dan hanya inti-intinya saja.
"Kita tahu pendapat orang, tapi kita tidak mengerti apa alasan atau premis orang di balik pendapat atau kesimpulannya itu. Intinya informasi dan pengetahuan tidak boleh ditelan mentah-mentah, tetapi perlu dipilah dan diverifikasi," beber dia.
Nursalim mengatakan mahasiswa harus memanfaatkan banyak sumber belajar agar maksimal. Ilmu yang didapat dari dosen di kelas juga perlu diperluas dengan mendengarkan penjelasan ahli lain, misalnya kelas tambahan, pelatihan, atau ahli di dunia maya.
Terpenting, menelusuri, menggali, dan mendalami sendiri dengan membaca referensi utama atau buku babon tiap disiplin keilmuan sebagai penguatan dan pendalaman. Dia menyarankan mahasiswa tidak asal belajar, tetapi perlu mengidentifikasi dulu gaya belajar masing-masing.
Apakah termasuk orang dengan gaya belajar visual, auditori, atau kinestetik. Nah, ini menentukan media dan sumber belajar yang digunakan.
Nursalim menyebut lingkungan dan suasana belajar juga turut menjadi perhatian. Apabila mahasiswa merasa mudah bosan atau kesulitan untuk belajar sendiri, belajar dengan diskusi kelompok dapat menjadi solusi.
Begitu juga sebaliknya, bila mahasiswa merasa lebih nyaman dengan suasana tenang, belajar mandiri akan lebih efektif. Pemilihan waktu juga dapat memengaruhi efektivitas belajar seseorang.
"Pengulangan pembelajaran harus sering dilakukan sehingga materi yang dipelajari dapat dipahami secara lebih mendalam. Bahkan, jika memang dibutuhkan praktik atau uji coba langsung,” tutur dia.
Baca juga: Orang Tua Hati-Hati, Ucapan Ini Bisa Merusak Perkembangan dan Potensi Anak Lho! |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News