General Lecture di UAG. Foto: UAG
General Lecture di UAG. Foto: UAG

UAG Gelar General Lecture, Kupas Psikologi Islam dan Psikologi ESQ

Medcom • 18 September 2025 19:51
Jakarta:  Universitas Ary Ginanjar (UAG) menyelenggarakan sebuah General Lecture bertajuk “Mengupas Psikologi Islam dalam Perspektif Alm. Prof. Malik Badri dan Psikologi ESQ.”. General Lecture ini berangkat dari fenomena psikologi modern saat ini menghadapi tantangan besar, bagaimana menjawab kebutuhan manusia yang tak hanya jasmani dan emosi, tetapi juga rohani. 
 
Sebuah momen penuh makna sukses digelar dengan menghadirkan dua sosok berpengaruh di bidang psikologi Islam dan pengembangan karakter berbasis spiritual. Acara yang berlangsung pada tanggal 15 September 2025 secara hybrid di Auditorium Lt.18 Menara 165 dan platform Zoom ini menghadirkan narasumber utama yakni Dr. Fatimah Binti Abdullah, mantan Associate Professor di International Islamic University Malaysia (IIUM), seorang akademisi yang telah berkarya lintas negara dari Malaysia, Turki, hingga Sudan serta istri dari mendiang Prof. Malik Badri, Bapak Psikologi Islam Modern.
 
Turut hadir pula Dr. (H.C) Ary Ginanjar Agustian, Founder Universitas Ary Ginanjar (UAG) sekaligus pencetus Psikologi ESQ, sebuah pendekatan revolusioner yang menyelaraskan kecerdasan intelektual (IQ), emosional (EQ), dan spiritual (SQ).

Acara ini dihadiri peserta dari berbagai kalangan: mahasiswa, akademisi, praktisi psikologi, hingga tokoh-tokoh HIMPSI. Sesi ini dimoderatori oleh psikolog senior Hanna Djumhana Bastaman, Dewan Ahli Jurusan Psikologi ESQ UAG, yang menuntun jalannya diskusi dengan mendalam dan hangat. 
 
Dalam pemaparannya, Fatimah mengajak para peserta menyelami pemikiran monumental dari almarhum suaminya, Prof. Malik Badri (1932–2021), yang menggugah kesadaran dunia akademik Muslim melalui karya legendarisnya The Dilemma of Muslim Psychologists. "Prof. Malik Badri menekankan bahwa psikologi Islam tidak akan pernah lengkap tanpa keberadaan agama, ketuhanan, dan spiritualitas. Itulah kritik fundamental beliau terhadap psikologi Barat yang terlalu sekuler,” tutur Fatimah.
 
Beliau juga menegaskan, warisan pemikiran Malik sangat relevan untuk menjawab tantangan masa kini, terutama ketika krisis mental dan degradasi nilai kemanusiaan semakin meluas. "Keperluan kepada islamization of psychology itu berturusan," ujarnya tegas.

Sinergi Psikologi Islam dan ESQ

Lebih jauh, Fatimah memberikan apresiasi terhadap pendekatan Psikologi ESQ, yang menurutnya memiliki garis pemikiran selaras dengan visi Prof. Malik Badri. “Saya sudah mengenal ESQ sejak tahun 2009. Psikologi ESQ ini sangat bertepatan dengan pendekatan Prof. Malik Badri karena sama-sama menekankan konsep tauhid, fitrah, dan integrasi spiritual dalam memahami manusia,” jelasnya.
 
Fatimah menambahkan, keseimbangan antara kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ), dan kecerdasan spiritual (SQ) merupakan fondasi penting untuk membangun kepribadian yang utuh dan berdaya tahan dalam menghadapi tantangan zaman.
 
"Tanpa keseimbangan ini, tidak akan ada kelangsungan hidup yang sehat, baik bagi individu maupun masyarakat. Ini bukan hanya untuk Muslim, tapi untuk seluruh umat manusia,” ungkapnya.
 
Baca juga:  Sekolah Unggul Garuda Segera Dibangun di Tanjung Selor Kaltara

Dr. Fatimah menutup sesi dengan pesan menyentuh, “Saya sangat berterima kasih kepada ESQ, kepada Bapak Ary Ginanjar. Semoga Universitas Ary Ginanjar terus menjadi pelopor dalam membawa visi mulia ini, bukan hanya untuk Indonesia dan Malaysia, tapi juga untuk kemanusiaan di seluruh dunia," ujarnya.

Pilar Pendidikan Karakter Masa Depan

Sementara itu, Ary Ginanjar Agustian dalam sesi reflektifnya menegaskan bahwa Psikologi ESQ bukan sekadar teori, melainkan telah menjadi gerakan pembangunan karakter yang nyata. Melalui Universitas Ary Ginanjar (UAG University of Life), ia ingin melahirkan generasi unggul yang mampu menyeimbangkan akal, rasa, dan jiwa.
 
“Kita ingin membentuk generasi yang tak hanya cerdas secara intelektual, tapi juga kuat secara emosional dan bersih secara spiritual. Itulah makna sejati dari Psikologi ESQ,” tegas Ary.
 
Ary Ginanjar memaparkan filosofi ESQ yang menembus tiga lapisan manusia: intelektual, emosional, dan spiritual. Menurutnya, banyak pendekatan psikologi saat ini terjebak pada teknik “outside-in” mencari penyembuhan dari luar ke dalam. Padahal, katanya, “pengobatan sejati adalah inside-out, dari dalam ke luar.
 
Karena ketika hati sudah dipenuhi cahaya illahiah, maka hitamnya luka emosional akan larut oleh cahaya tersebut.  Sebelum itu, Ary Ginanjar mengungkapkan pertemuan tak terduganya dengan Dr. Fatimah beberapa bulan sebelumnya di Malaysia. “Seperti mimpi bisa menghadirkan beliau ke Menara 165,” ujarnya.
 
Dengan penuh semangat, Ary menceritakan kegelisahan intelektualnya terhadap fragmentasi pendekatan psikologi yang tak menyentuh aspek spiritual terdalam manusia. “Saya membaca psikologi Barat, tapi saya menangis. No soul. No God,” kenangnya.
 
Melalui Psikologi ESQ, Ary memperkenalkan pendekatan Tauhid yang mengintegrasikan IQ, EQ, dan SQ dalam kerangka spiritual Islam. “Tauhid bukan sekadar kalimat, tapi prinsip pengintegrasian segala aspek manusia dalam satu kesatuan ilahiah,” tegasnya.
 
Dalam penjelasannya, Ary juga menyinggung berbagai aliran besar psikologi modern dari behaviorisme ala Pavlov, psikoanalisa Freud, humanistik Maslow, hingga transpersonal Ken Wilber. 
 
“Mereka semua mendekati titik spiritual, tapi belum sampai. Masih berhenti di tenggorokan,” ujarnya dengan analogi khas yang menyentuh.
 
“Maslow hampir sampai, tapi belum masuk tauhid. Frankl bicara tentang makna, tapi belum jelas meaning dari mana,” tambahnya.
 
Ia menyebut, kekosongan itulah yang coba diisi oleh Psikologi ESQ dan juga menjadi misi utama almarhum Malik Badri.
 
Psikologi Universitas Ary Ginanjar menghadirkan program studi sarjana S1 Psikologi "Personal & Organizational Psychology" yang dapat memahami manusia dan cara meningkatkan kapasitas diri melalui coaching, hypnotherapy, dan NLP, sekaligus mempersiapkan lulusan menjadi profesional SDM yang menciptakan lingkungan kerja yang happy, healthy, and wealthy.
 
Dalam ESQ, psikologi dipandang seperti lapisan: Biopsikologi (dasar biologis perilaku), Kognitif (proses berpikir dan memahami), Behaviorisme (perilaku dibentuk lingkungan), Psikoanalisis (alam bawah sadar, emosi, trauma), Humanistik (potensi diri hingga self-actualization), Logoterapi (pencarian makna hidup).
 
Psikologi ESQ adalah pendekatan dalam psikologi yang mengintegrasikan kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ), dan kecerdasan spiritual (SQ) untuk membentuk manusia yang utuh cerdas secara kognitif, matang secara emosional, dan memiliki tujuan hidup yang bermakna. 
 
Konsep ini menekankan keseimbangan antara logika, emosi, dan nilai spiritual sehingga manusia tidak hanya mampu berpikir kritis dan mengelola relasi sosial, tetapi juga menemukan makna, arah, dan integritas dalam hidupnya. 
 
Dengan demikian, Psikologi ESQ berfokus pada transformasi diri melalui internalisasi nilai-nilai moral dan spiritual agar individu mampu menghadapi tantangan hidup sekaligus memberi kontribusi positif bagi lingkungannya. Maka, puncak psikologi sejati adalah menghubungkan pengembangan diri dengan sumber nilai ilahi, sehingga manusia hidup penuh makna dan memberi manfaat.
 
“Landasan psikologi ESQ adalah spiritualitas yang terarah, bukan sekadar transpersonal atau humanistik. Ini tentang kesadaran akan Tuhan, bukan hanya kesadaran diri,” ujar Ary Ginanjar.
 
Psikologi ESQ, lanjutnya, mengembangkan kerangka antropo-religious centris sebuah pendekatan yang menempatkan manusia bukan hanya sebagai pusat hubungan (relational being), tetapi sebagai makhluk yang berikatan kuat dengan Tuhan (religious being). Hal ini menjawab kekosongan dalam psikologi Barat yang cenderung mengusung pandangan antroposentris.
 
Ary juga membagikan pengalaman pribadi mendalam saat menangani seorang psikolog yang hampir kehilangan arah, hingga pasien kanker stadium lanjut yang menemukan ketenangan spiritual sebelum akhir hayatnya. 
 
“Ketika konsep ESQ dipraktikkan dengan pendekatan coaching 3.0, dampaknya sangat besar. Saya sendiri terperanjat melihat perubahan yang terjadi,” ungkapnya.
 
General Lecture ini menjadi tonggak penting dalam misi UAG University dan ESQ untuk mendorong munculnya grand theory baru dalam psikologi: sebuah pendekatan menyeluruh yang tidak lagi memisahkan antara aspek fisik, intelektual, emosional, dan spiritual.  “Semoga mahasiswa-mahasiswa UAG akan menjadi Malik Badri kedua, yang membawa pemikiran ini ke seluruh dunia," terangnya.
 
Kemudian Hanna Djumhana menyampaikan bagaimana pendekatan ESQ Psychology mencakup dimensi-dimensi psikologi klasik hingga kontemporer: Psychoanalysis dengan dimensi conscious, preconscious, dan unconscious.
 
Behaviorism dengan ranah kognisi, afeksi, konasi, hingga psikomotor. Humanistik dan Transpersonal Psychology. Dan yang paling unik: dimensi suprasadar, sebagai wadah kesadaran spiritual. "Bangunan psikologi ESQ mencakup semuanya, dari raga, jiwa, hingga ruh. Tapi pertanyaan pentingnya: bagaimana ketiganya bisa terhubung dengan Tuhan?” ujarnya.
 
Ia menambahkan bahwa pendekatan ini bukan hanya teori, tetapi juga praktis. Bahkan untuk mahasiswa S1 sekalipun, ESQ Psychology menawarkan perangkat yang dapat digunakan untuk counseling dan terapi berbasis nilai spiritual, sesuatu yang jarang ditawarkan dalam kurikulum psikologi umum.
 
General Lecture ini menjadi momentum penting dalam membangun kesadaran baru tentang pentingnya paradigma psikologi Islami yang utuh dan holistik. Pendekatan ini tidak hanya membangun karakter manusia yang seimbang, tetapi juga menghubungkannya dengan realitas tertinggi: Sang Pencipta.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan