Agung mengatakan antibodi tertentu pada tubuh dikhawatirkan tidak dapat mendeteksi virus Strain B117. Bukan tanpa sebab, dosen Fakultas Kedokteran (FK) itu menjelaskan bahwa terdapat sejumlah mutasi berupa delesi atau hilangnya gen pada virus pada Strain B117. Akibatnya, virus itu mampu mengikat reseptor pada sel tubuh dengan kuat dan dapat menghindar dari antibodi.
"Kemungkinan adanya infeksi hampir sama dengan virus sebelumnya. Jadi penyebarannya cepat, tapi gejalanya tidak berat, bahkan bisa jadi tetap sama dengan covid-19 selama ini," ujar Agung mengutip siaran pers UNAIR, Kamis, 18 Maret 2021.
Baca: B117 Bisa Dinetralisir Vaksin Moderna dan Pfizer, Sinovac Belum Teruji
Agung mengatakan bahwa beberapa penelitian yang dilakukan di Eropa dan Amerika menunjukkan penurunan angka netralisasi antibodi terhadap Strain B117. Netralisasi merupakan kemampuan antibodi untuk menangkap serta menghilangkan virus ini.
"Pada beberapa penelitian menggunakan serum pasien, angka tersebut ternyata turun, ini berbahaya," ungkap Agung.
Perlu diketahui, Strain B117 adalah salah satu Strain Varian Corona Virus SARS-CoV-2. Virus ini pertama kali ditemukan di Inggris. Belakangan diketahui, Strain B117 telah muncul sejak September 2020.
Agung mengatakan, angka kesakitan Strain B117 tergolong tinggi dikarenakan penyebarannya sangat cepat. Bahkan, di Inggris virus ini juga berhubungan dengan kematian.
Jika diamati, jelas Agung, gejala klinis yang muncul akibat Strain B117 mirip dengan SARS-CoV-2 pada umumnya. Sebagian besar di antaranya adalah flu.
Baca: Eijkman: Vaksin Covid-19 di Indonesia Masih Efektif Tangkal Varian Baru
Selain itu, pada beberapa kasus, penderita juga kehilangan indera penciuman dan perasa. Gejala-gejala lain seperti pusing, sakit kepala, hingga sesak juga diklaim ikut menyertai. "Gejalanya sama, tidak lebih berat atau lebih ringan. Cuma ada perbedaan persentase saja, jadi flunya yang menonjol adalah batuknya dibandingkan covid-19 sebelumnya,” terang Agung.
Meski begitu, menurut Agung, Strain B117 berbeda dengan Virus Corona yang beredar di Inggris saat itu. Sebab, Strain B117 adalah hasil mutasi. "Virus ini mengalami delapan mutasi pada bagian tonjolan (Spike). Yaitu enam mutasi pada gen Spike dan mengalami dua delesi, yang mana ada gen yang hilang," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News