"Upaya penuntasan buta aksara di Indonesia yang utama adalah ikhtiar kita untuk menurunkan tingkat buta aksara itu kurang dari satu persen. Itu yang pertama," kata Jumeri dalam Hari Aksara Internasional melalui siaran YouTube Direktorat Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus (PMPK), Selasa 8 September 2020.
Angka buta aksara di Indonesia berada di angka 1,78 persen pada 2019. Adapun wilayah yang terdeteksi memiliki tingkat buta aksara cukup tinggi terdapat di daerah Papua, Nusa Tenggara Timur (NTT), Nusa Tenggara Barat (NTB), Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Barat.
"Kemudian yang kedua meningkatkan literasi anak-anak kita, remaja kita. Kemendikbud sudah mengembangkan kurikulum yang lebih menekankan pada penguasaan kompetensi serta penguatan karakter peserta didik," lanjut Jumeri.
Baca: Buta Aksara Masih Terdeteksi di Enam Daerah
Selanjutnya, langkah ketiga ialah peningkatan kualitas pendidikan dengan penguatan literasi di masyarakat. Hal ini menjadi lebih penting sebab Indonesia saat ini secara bersamaan juga menghadapi pandemi virus korona (covid-19).
"Covid-19 telah membatasi interaksi guru dan peserta didik, interaksi antar masyarakat. Dan banyak pesan, informasi diberikan dalam bentuk non verbal, tertulis, yang tidak bisa langsung tatap muka. Ini satu tantangan," ungkapnya.
Keempat, yaitu kolaborasi satuan pendidikan dengan berbagai pihak. Kolaborasi mulai dari pemerintah pusat, pemerintah daerah hingga perguruan tinggi dibutuhkan guna menuntaskan buta aksara.
Menurut Jumeri, gerakan literasi di masyarakat lewat program Kuliah Kerja Nyata (KKN) jadi salah satu jalan yang bisa dilakukan. Mahasiswa bisa terjun sekaligus melatih masyarakat untuk meningkatkan derajat aksaranya.
"Tidak hanya sekadar baca tulis tapi meningkatkan ke level yang lebih tinggi lagi misal penggunaan aksara untuk bidang usaha," ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News