Keempat kampus ini menjadi bagian dari 862 sekolah bisnis di dunia yang sudah terakreditasi AACSB International yang tersebar di 56 negara. Lembaga AACSB memiliki 1.774 member sekolah bisnis yang belum kesemuanya memperoleh akreditasi.
“Jaringan anggota AACSB ada 1.774. Di Indonesia, UGM sebagai member pertama. Setelahnya, ada ITB dan BINUS. UI baru mendapatkan akreditasi seminggu yang lalu,” kata Executive Vice President The AACSB International, Geoff Perry, usai menjadi pembicara dalam Information Session bertajuk Establishing Continuous Improvement Strategies for Business Schools in Indonesia dikutip dari laman ugm.ac.id, Rabu, 9 November 2022.
Geoff Perry mengatakan tidak mudah mendapatkan akreditasi dari lembaga AACSB. Dia menyebut UGM memerlukan waktu tujuh tahun untuk mendapatkan akreditasi pada 2014.
Dia mengungkapkan waktu pendaftaran hingga proses mendapatkan akreditasi selama 5 hingga 7 tahun merupakah hal wajar. Geof Perry menyebut rata-rata sekolah bisnis di mana pun memerlukan waktu yang sama untuk mendapatkan akreditasi AACSB.
"Sekolah bisnis di Amerika, Eropa, dan Asia Pasifik, mereka memerlukan proses perbaikan selama lima tahun terlebih dahulu dan dua tahun kemudian proses mendapatkan akreditasi,” papar dia.
Dia menyebut lamanya proses penilaian untuk mendapatkan akreditasi dikarenakan lembaga AACSB sangat menekankan pada upaya perbaikan berkelanjutan yang dilakukan setiap sekolah bisnis dalam aspek pendidikan, riset, dan pengabdian kepada masyarakat.
Namun, riset yang dihasilkan oleh setiap sekolah bisnis diharuskan bisa memberi dampak lebih luas bagi masyarakat serta profil pengajarnya yang mayoritas minimal sudah berpendidikan doktor.
“Riset bukan semata hanya keperluan riset tapi yang berdampak pada masyarakat, pemerintah, dan dunia bisnis. Lalu, staf pengajar ahli yang sudah bergelar doktor merupakan hal yang lumrah dari setiap sekolah bisnis di dunia,” kata dia.
Geoff Perry menuturkan lembaga AACSB tidak pernah mengintervensi misi dari setiap sekolah bisnis yang ingin mendaftar untuk mendapatkan akreditasi. Sebab, misi dari masing-masing sekolah bisnis berbeda satu sama lain di setiap negara yang menyesuaikan dengan kondisi dari tujuan pendirian sekolah bisnis itu sendiri.
“Setiap sekolah bisnis menentukan misi mereka masing-masing,” kata dia.
Dekan FEB UGM, Didi Achjari, mengatakan FEB UGM dan Lembaga AACSB menyelenggarakan forum information session dengan mengundang 34 pengelola sekolah bisnis di Indonesia. Didi menyebut forum tersebut sebagai ajang berdiskusi dan bertukar pengalaman dalam usaha mendapatkan akreditasi.
Dia mengatakan dengan adanya jejaring sekolah bisnis ini akan banyak sekolah bisnis di Tanah Air mendapatkan pengakuan akreditasi internasional. Sebab, sekolah bisnis berkontribusi dalam pengembangan kualitas pendidikan dan pengajaran serta meningkatkan pengetahuan dan kompetensi mahasiswa.
“Proses akreditasi tidak hanya sebatas pemberian sertifikat, namun ada peningkatan mutu dari berbagai bidang. Bayangkan, kami butuh tujuh tahun untuk mendapatkan yang pertama di Indonesia, mulai dari mendaftar, lalu jadi anggota, selanjutnya dinyatakan berhak mendapatkan akreditasi dan diakreditasi,” papar dia.
Sejak mendapatkan akreditasi pada 2014, pihaknya sudah melakukan reakreditasi pada 2019 untuk perpanjangan akreditasi. Selanjutnya, pada 2024, untuk kedua kalinya FEB UGM akan melakukan akreditasi ulang dari lembaga AACSB.
“Artinya akan melakukan dua kali perpanjangan sebagai proses yang akan terus dinilai guna untuk melakukan perbaikan berkelanjutan,” kata dia.
Didi menyebut salah satu kriteria penilaian dari The AACSB untuk mendapatkan akreditasi adalah kegiatan Tri Darma perguruan tinggi dari setiap sekolah bisnis harus memberikan dampak yang luas bagi masyarakat dan dunia bisnis. Menurutnya, kriteria tersebut selaras dengan jargon UGM sebagai kampus yang mengakar kuat dan menjulang tinggi.
“Hasil dari kegiatan Tri Darma perguruan tinggi UGM memang selalu diarahkan bisa berdampak ke masyarakat luas,” ujar dia.
Baca juga: Selamat! FEB UI Raih Akreditasi Internasional dari AACSB |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News